Senin, 21 Januari 2013

Sabar itu (tak) ada batasnya....

Sahabat, saya pernah membaca sebuah hadits, bahwa suatu hari, Baginda sedang berziarah ke makam seorang sahabat. Sesampainya Baginda di makam, di dekat makam itu ada seorang wanita yang tak lain istri dari sahabat yang meninggal itu. Sang wanita meratapi diri karena kepergian suaminya. Baginda berkata kepada wanita itu, "bersabarlah...bersabarlah..." Sepertinya sang wanita tersebut tidak menyadari siapa yang mengatakan dan meminta dia untuk bersabar. 

Si Wanita itu, menyahut, sabar-sabar, engkau tak mengalami sehingga bilang sabar, seandainya engkau mengalaminya sendiri  pasti kau tahu betapa bersedihnya aku. Seorang sahabat lain lalu menegur wanita itu dengan mengatakan "sesungguhnya yang menasihati kamu tadi adalah Baginda Rasul". Mendengar hal itu sang wanita tadi minta maaf dan mengatakan "ya Rasulullah, aku akan bersabar". Lalu Baginda menegaskan, "sesungguhnya sabar itu pada pukulan pertama".

Sahabatku, suatu waktu, atau mungkin di masa lalu mungkin kita pernah mengalami apa yang dirasakan oleh si wanita tadi. Mungkin saja bentuk dan eskalasi yang berbeda. Intinya sesuatu yang merenggut kebahagiaan atau hilangnya nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kita. Di antara kita mungkin ada yang seperti wanita di atas... begitu terpukul dan menderita.

Bagi sebagian besar orang, apa yang dilakukan oleh wanita diatas dalam arti berduka karena kehilangan cinta, adalah hal yang wajar. Bahkan kadang kita ikut memaklumi. "Kan wajar, baru dapat mushibah". 

Tapi, apa yang kita anggap wajar itu, ternyata tidak bagi Baginda. Agama yang kita cintai ini mengajarkan kepada kita untuk berjiwa kuat dan tegar. Yah...mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.. begitu sabda Baginda di lain waktu. Kuat jiwanya, tegar diatas deburan ombak dan gelombang samudera kehidupan...
Wah, jadi ingat nasyid gelombang kehidupan.. sahabat bisa menyenandungkan..
ni syairnya...
Mengarungi samudera kehidupanKita ibarat para pengembaraHidup ini adalah perjuanganTiada masa untuk berpangku tangan
Setiap tetes peluh dan darahTak akan sirna di telan masaSegores luka  di jalan Allah Akan Jadi sakksi pengorbanan

Sabahat, kembali ke fragmen kehidupan di masa nabi di atas, Agama ini mengajarkan pada kita ketegaran diatas semua keadaan, ketegaran yang merupakan buah dari kesabaran. Ya...kesabaran.. menghasilkan ketegaran.. Dan Baginda yang mulia, telah mengukir dan mengajarkan kepada sahabat dan kita tentang ketegaran dan kesabaran.

Dan kesabaran itu.. pada pukulan pertama... artinya..sabar itu adalah akhlak mukmin sejati... dalam keadaan apapun..sabar menjadi perilaku dan akhlak kita...

Kesabaran juga menegaskan kita akan ma'rifatullah dan ma'rifatul insan. Siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya. Siapa yang sadar dan memiliki jiwa hamba, maka ia akan mengenal siapa Tuannya. 

Yah..kita adalah hamba dan Allah adalah Tuan kita. Kita adalah milikNya. Dia Maha Kuasa atas segalanya. 

Kesabaran juga menegaskan keimanan kita pada takdirNya. Setiap kita berada dalam genggaman kekuasaanNya dan berotasi dalam titahNya. 

Sahabat kehilangan adalah kepastian hidup, setiap yang mendapatkan pasti akan kehilangan. Keduanya siklus kehidupan.. masuk pasti keluar.. datang akan pergi..hidup akan mati...

Begitulah sunnah kehidupan... semua orang pernah merasakannya..Baginda nabi bahkan sejak kecilnya telah diajar oleh Allah SWT makna perngorbanan dan kesabaran. Makna hakiki siklus kehidupan... dan siklus itu ada yang mengaturnya...Allah yang Esa..Rabbuna wa rabbukum..

Kuncinya pada Iman..
Lihatlah fragmen yang lain di masa nabi.. Ummu Khansa.. seorang janda.. suaminya telah syahid di medan laga membela agama.. saat ia mendengar perintah jihad..ia mendatangi tiga anak laki2nya.. dan menyuruhnya berjuang membela agama.. lalu tiga anaknya tersebut syahid di medan laga pula.. 

Saat itu, Umar menyampaikan berita duka syahidnya ketiga putra Ummu Khansa, sesaat wanita itu berlinang air mata, lalu Umar berkata, "Jangan bersedih". Lalu Ummu Khansa menjawab "aku bersedih bukan karena ketiga putraku syahid, aku bersedih karena tidak ada yang bisa ku infaqkan lagi untuk agama ini."

Subhanallah... 
Ummu Khansa mengajari kita makna ikhlas, kesabaran dan hakikat keimanan. Darinya memancar mutiara ketegaran. 
Sahabatku,
JIka semuanya terjadi dan dalam keadaan kita dijalan Allah, apapun itu...tiada ada yang perlu membuat kita bersedih.. mari terus ber sabar...Yaa ayyuhalladziina aamanushbiru wa rabithu...


1 komentar:

Subhanallah... terima kasih atas artikel yang anda berikan. semoga kita termasuk orang-orang sabar yang hakiki.. aamiin