RUANG IKLAN

SILAKAN BERIKLAN DI BLOG SAYA.

Ruang Iklan

Space ini bisa Anda gunakan untuk mengiklankan produk Anda

BUKU KOMPUTER AKUNTASNSI ACCURATE ONLINE

SETUP AWAL DATA BASE- INPUT TRANSAKSI-PENYAJIAN LAPOAN KEUANGAN

Tampilkan postingan dengan label Akhlaq. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akhlaq. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Maret 2019

Memaknai OTT KPK atas Romahurmuziy (sisi lain)

Setiap kali mendengar  atau membaca berita  pengungkapan kasus korupsi baikoleh KPK maupun lembaga penegak hukum lainnyahati kita berdesirApalagi jika yang terkena kasus adalah seorang muslim dari Partai Berbasis muslim pulaMisalnya yang masih hangat di media adalah  kasus OTT KPK yang menimpa Ketua Umum PPP.

KETUA Umum PPP Romahurmuziy ditangkap KPK, Jumat (15/3/2019). Ia terjaring operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK di Jawa Timur

Saat membaca berita ini lalu melihat bagaimana respon nitizen dan pegiat medsos, hati saya tambah berdesir lagi. Ada yang kegirangan, karena sebagai lawan politik, diharapkan kasus ini dapat menggerus elektabilitas pasangan capres dan cawapres lawan. Ada pula yang merespon dengan menayangkan pidato-pidato sang Ketua UMUM PPP terkait dengan pejabat dan penjahat. Ada pula yang dalam bahasa jawanya "nyokorke''. 

Kemudian, saya merenung, mencoba menelaah dari sisi lain. SAya pribadi melalui akun tweeter saya, saya menyampaikan rasa ikut bersedih atas musibah OTT KPK yang menimpa Mas Romy ini dan berharap beliau tegar mengikuti proses hukum yang berlaku dan berharap pula agar PPP segera move on dan mengambil langkah strategis untuk internal partai tesebut.

Dalam renungan saya, saya merenung, apa hikmah OTT KPK atas mas Romy yang terjadi di bulan Rajab 1440 H ini. Bukankah dibulan ini, setiap muslim memanjatkan doa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allâhumma bârik lanâ fî rajaba wasya‘bâna waballighnâ ramadlânâ
“Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.” (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir)

Kita memohon keberkahan di bulan rajab dan sya'ban dan agar ramadan kelak berkesan indah. Tentu mas Romy juga membaca doa ini. Agar mas romy mendapat keberkahan dibulan Rajab. Lalu mengapa malah kena OTT KPK. Apakah ini keberkahan ataukah bencana besar bagi mas Romy dan orang lain yang terkeja kasus yang semisal.

Lalu saya merenung, apa makna keberkahan sebenarnya.. Saya buka lagi dan baca lagi literatur yang membahas keberkahan dalam Islam.

Menurut bahasa, berkah berasal dari bahasa Arab: barokah (البركة), artinya nikmat(Kamus Al-Munawwir, 1997:78). Istilah lain berkah dalam bahasa Arab adalahmubarak dan tabaruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”. Menurut istilah, berkah (barokah) artinya ziyadatul khair, yakni “bertambahnya kebaikan” (Imam Al-Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hlm. 79).

Para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.

Dalam Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi disebutkan, berkah memiliki dua arti: (1) tumbuh dan berkembang dan (2) bertambah kebaikan

Kemudian saya mencoba mengkaitkan keberkahan dengan doa indah dan dahsyat yang diajarkan nabi:

أَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ 
Ya Allah perlihatkanlah kepada kami yang benar itu benar dan bantulah kami untuk mengikutinya, dan perlihatkanlah kepada kami yang batil adalah batil dan bantulah kami untuk menjauhinya

Sahabatku, doa ini sejatinya adalah refleksi dari keberkahan, yaitu terjaganya diri dalam kebaikan dan terjauhkannya diri dari kebatilan. Jika keberkahan adalah bertambahnya kebaikan, maka sejatinya sumber kebaikan dalam hidup kita ada dua dan terletak pada doa diatas, yaitu dikokohkannya kita dalam kebaikan dan kebenaran, dan yang kedua, terselamatkannya kita dari kebatilan baik sebagai pelaku maupun korban dari kebatilan tersebut.

Lalu, apa makna dan hikmah OTT KPK yang menimpa atas mas Romy dan yang lainnya bagi kita dan harapan kita kepada Mas Romy dkk. 
Sahabatku, cara Allah menyayangi hamba Nya sangat beraneka warna. Pernik-pernik kehidupan kita ini, seluruhnyaa adalah warna warni cinta dan kasih sayang Allah kepada kita. Sebab memang Allah mengawali seluruh firman Nya yang berisi warna warni petunjuk kehidupan itu dengan kalimat Bismillahiirrahmaanirrahiim.  Kasih sayang Allah bisa berupa kemudahan, tapi bisa juga dalam bentuk kesulitan hidup. Bisa juga  berupa  pertolongan menjadi pribadi yang produktif dalam kebaikan, tapi bisa juga dalam bentuk musibah yang membuat orang menjadi jera dan terhenti keburukannya. 

Sahabatku, bisa jadi saat Allah mentakdirkan mas Romy terkena OTT KPK, sejatinya Allah mengatakan; "Romy, cukup, cukup, cukup. Sampai disini saja petualanganmu melakukan influence of power atau menyalahgunakan kewenangan dan power mu. Sudah cukup dosa-dosamu jangan kau perpanjang lagi. 

Ketika orang terkena musibah dalam petualangan dosa dan pelanggaran, sejatinya Allah swt masih sayang kepadanya. Allah tidak ingin hamba itu bertambah gelimah dosanya. Allah ingin hamba itu berhenti keburukan dan pelanggarannya. Allah ingin hamba itu tersadar lalu bertaubat, berhenti dari rakitan keburukan dan kongkalingkong penyalahgunaan kekuasaan, lalu yang bersangkutan memperbaiki diri dengan menjalani hukuman yang ditetapkan dan menginsyafi kekejian masa lalunya.

Maka, saya lanjutkan renungan saya, berbahagialah orang yang tekena OTT KPK atau kasusnya terungkap, sebab dia dipaksa oleh Allah untuk berhenti bermaksiat. Sementara, bisa jadi, banyak orang yang rajin berbuat yang sama maupun dosa yang lainnya, tetapi Allah tidak menghentikannya dengan aneka kuasa-Nya. Sehingga orang itu terus menerus bergelimang pengkhianatan dan dosa.

Sebagai seorang muslim, kita dengan para koruptor yang sudah diadili, pengadilan dunia menjadi awal kesadarannya untuk bertaubat agar saat dipengadilan yang sejati, yakni di  akhirat tiada  lagi beban dan dosa-dosanya.

Bagi kita, yang mendengar  dan membaca berita tentang OTT KPK dan kejahatan lainnya, hendaknya menjadi pengingat bahwa tidak harus menunggu diungkap oleh Allah di dunia untuk bertaubat dari dosa-dosa dan memperbaiki diri.

Tulisan ini, tentu bukan bermaksud membela para koruptor, tapi sejatinya apa yang menimpa orang lain, bukan berarti menjadikan kita lebih baik dari mereka lalu menjadikan mushibah itu sarana untuk mengolok-olok pelakunya. 
Kita benci perbuatannya, tapi kita berempati kepada orang nya. Semoga kita dijaga oleh Allah untuk senantia teguh mengikuti kebenaran dan tegar diri menjauhkan dari kebatilan.

Jati, 15 Maret 2019
Jl Berdikari II

jam 20.45 ditemani rintikan air hujan.

Jumat, 15 Maret 2019

PERNYATAAN SIKAP PD IKADI KARANGANYAR atas aksi Terorisme Keji terhadap Umat Islam di New Zealand, Jumát, 15 Maret 2019


Rabu, 23 Januari 2013

Rahasia Umur 40 tahun...


Umur 40 tahun adalah Usia yang matang bagi seseorang dalam berfikir dan bertindak oleh karena itu mudahlah dimengerti jika batas nasib seseorang ditentukan saat mencapai umur 40 tahun. Jika sampai pada umur tersebut orang tersebut masih saja berbuat dosa dan maksiat maka dipastikan orang tersebut telah memiliki Tiket ke Neraka karena Secara sadar ia sudah berfikir, mengerti dan paham bahwa perbuatan dosa dan maksiat yang ia lakukan adalah salah akan tetapi tetap  saja  maksiat masih  dilakukan.

Sebagai orang Islam akan mudah memahami hal ini karena , Allah sebagai pencipta manusia memberi perhatian khusus pada umur 40 tahun yaitu dalam Al-Quran Surat Al-Ahgaaf Ayat ke 15 yang artinya

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nimat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. 46:15) 

Dan seperti dikatakan oleh ulama yang sangat masyhur yaitu Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ayyuhal Walad : “Barangsiapa yang telah melampui usia 40 tahun sedangkan kebaikannya tidak dapat mengalahkan kejahatannya, maka hendaklah dia mempersiapkan dirinya untuk masuk kedalam Neraka”

Jadi sudah seharusnya bila seseorang pada umur 40 tahun untuk :
  1. Berbuat lebih baik kepada kedua Orang tua, karena atas perjuangannya kita bisa menjadi seperti sekarang ini.
  2. Mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita dengan banyak berbuat baik dan beramal saleh yg diridhoi oleh Allah SWT dan menambah amalan dalam beribadah.
  3. Bertaubat dan berserah diri yang artinya tidak berbuat dosa dan maksiat serta berserah diri bahwa segala sesuatu datangnya dari Allah dan akan kembali lagi kepadaNya
Banyak hal-hal besar di dunia ini yang terjadi dan dikaitkan dengan Umur 40 tahun yang menjadi bukti akan misteri umur 40 tahun ini yaitu :
  1. Nabi Muhammad SAW dan kebanyakan nabi lainnya diangkat menjadi rasul tepat pada umur 40 tahun, Muhammad bin Abdullah dipilih untuk mengemban tugas besar dan tidak mudah, sehingga Nabi sendiri pada awalnya sempat ragu, apakah benar yang diterima di gua Hiro adalah wahyu, Tetapi sang isteri Siti Khadijah, yang teguh hati, menenangkan, menentramkan, menguatkan serta memastikan bahwa yang diterima benar wahyu dan beliau benar-benar diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
  2. Pada Usia 40 tahun Kolonel Sanders sang penemu resep masakan Ayam Goreng Kentucky Fried Chicken mulai memasak untuk orang yang singgah dibengkelnya di Corbin. Saat itu ia belum memliki restoran KFC dan sekarang KFC ada di hampir 80 negara.
  3. Pada Usia 40 tahun mulai ada keinginan yang Positif maupun Negatif. Positif untuk Maju dan Hidup lebih baik, tapi banyak juga pada usia ini justru punya keinginan yang Negatip seperti poligami tanpa ijin isteri, selingkuh dll
” Nasib Baik dan Buruk kita bukan tergantung pada orang lain tapi tergantung pada diri kita sendiri” Oleh karena itu bersegeralah untuk mengubah nasib kita baik di Dunia maupun di Akhirat dengan Warning : UMUR 40 TAHUN

Sesuai dengan Firman Allah dalam Surat. Aali-Imran ayat 133 :

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (QS. 3:133) .

APA YG HRS DILAKUKAN PD USIA 40 TAHUN?


Para mufasir ketika membahas ayat Qs 46:15 ’hatta idza balagho asyuddahu wa balagho arba’iina sanah’ (hingga apabila dia telah dewasa dan mencapai usia 4o tahun), usia kedewasaan itu berkisar antara 30 hingga 40 th & usia 40 th adalah puncak kematangan & kearifan. Pada fase ini, semua potensi & kemauan telah sempurna & manusia siap merenung utk berpikir dg tenang. Pd usia ini fitrah yg lurus & bersih berorientasi kpd hal-hal di balik kehidupan & sesudah kehidupan, banyak merenung ttg kematian.

Imam Ghazali dlm Ihya' berkata, “..usia 40 th adalah sebuah isyarat. Spt sebuah ikhtisar masa depan. Jika di usia itu kebaikan lebih mendominasi, maka itu sebuah pertanda baik utk kehidupannya nanti..”

1. MEMPERBANYAK DOA
Imam Al Qurthubi menjelaskan, ”Allah menyebutkan bhw org yg berusia 40 th maka telah tiba saatnya utk mengetahui nikmat Allah yg ada padanya & kpd kedua orangtuanya serta mensyukurinya.”

2. SELALU WASPADA
Ibnu Katsir meriwayatkan bhw ketika Imam Masruq ditanya,”Kapan seseorang diadzab krn dosa2 yg dilakukannya?” Beliau menjawab, ”Jika engkau telah mencapai usia 40 tahun maka hendaklah engkau selalu waspada”.

Imam Syafi'i saat umur 40 thn berjalan dg sebatang tongkat kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata,"Supaya aku senantiasa ingat bhw aku adalah seorg musafir yg sdg berjalan menuju akhirat." 

3. MEMPERSIAPKAN KEMATIAN
Imam Malik berkata, ”Aku mendapatkan para ahli ilmu di negeri kami, mereka mencari dunia & berbaur dg manusia, namun ketika di antara mereka sdh mencapai usia 40 th maka mereka akan memisahkan diri dari org banyak & menyibukkan diri dg persiapan utk hari kiamat hingga ajal menjemput mereka”.

4. SELALU BERSYUKUR
Az Zajjaj berpendapat,"maksud 46:15..halangilah aku dr segala sesuatu, kecuali dr bersyukur thd segala nikmatMu”.

5. MEMPERBANYAK TAUBAT
Ibnu Katsir menjelaskan makna 46:15,"...bimbingan bagi org yg telah berusia 40 th agar ia memperbarui taubatnya & kembali kpd Allah serta bertekad utk itu semua.”




Senin, 21 Januari 2013

Sabar itu (tak) ada batasnya....

Sahabat, saya pernah membaca sebuah hadits, bahwa suatu hari, Baginda sedang berziarah ke makam seorang sahabat. Sesampainya Baginda di makam, di dekat makam itu ada seorang wanita yang tak lain istri dari sahabat yang meninggal itu. Sang wanita meratapi diri karena kepergian suaminya. Baginda berkata kepada wanita itu, "bersabarlah...bersabarlah..." Sepertinya sang wanita tersebut tidak menyadari siapa yang mengatakan dan meminta dia untuk bersabar. 

Si Wanita itu, menyahut, sabar-sabar, engkau tak mengalami sehingga bilang sabar, seandainya engkau mengalaminya sendiri  pasti kau tahu betapa bersedihnya aku. Seorang sahabat lain lalu menegur wanita itu dengan mengatakan "sesungguhnya yang menasihati kamu tadi adalah Baginda Rasul". Mendengar hal itu sang wanita tadi minta maaf dan mengatakan "ya Rasulullah, aku akan bersabar". Lalu Baginda menegaskan, "sesungguhnya sabar itu pada pukulan pertama".

Sahabatku, suatu waktu, atau mungkin di masa lalu mungkin kita pernah mengalami apa yang dirasakan oleh si wanita tadi. Mungkin saja bentuk dan eskalasi yang berbeda. Intinya sesuatu yang merenggut kebahagiaan atau hilangnya nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kita. Di antara kita mungkin ada yang seperti wanita di atas... begitu terpukul dan menderita.

Bagi sebagian besar orang, apa yang dilakukan oleh wanita diatas dalam arti berduka karena kehilangan cinta, adalah hal yang wajar. Bahkan kadang kita ikut memaklumi. "Kan wajar, baru dapat mushibah". 

Tapi, apa yang kita anggap wajar itu, ternyata tidak bagi Baginda. Agama yang kita cintai ini mengajarkan kepada kita untuk berjiwa kuat dan tegar. Yah...mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.. begitu sabda Baginda di lain waktu. Kuat jiwanya, tegar diatas deburan ombak dan gelombang samudera kehidupan...
Wah, jadi ingat nasyid gelombang kehidupan.. sahabat bisa menyenandungkan..
ni syairnya...
Mengarungi samudera kehidupanKita ibarat para pengembaraHidup ini adalah perjuanganTiada masa untuk berpangku tangan
Setiap tetes peluh dan darahTak akan sirna di telan masaSegores luka  di jalan Allah Akan Jadi sakksi pengorbanan

Sabahat, kembali ke fragmen kehidupan di masa nabi di atas, Agama ini mengajarkan pada kita ketegaran diatas semua keadaan, ketegaran yang merupakan buah dari kesabaran. Ya...kesabaran.. menghasilkan ketegaran.. Dan Baginda yang mulia, telah mengukir dan mengajarkan kepada sahabat dan kita tentang ketegaran dan kesabaran.

Dan kesabaran itu.. pada pukulan pertama... artinya..sabar itu adalah akhlak mukmin sejati... dalam keadaan apapun..sabar menjadi perilaku dan akhlak kita...

Kesabaran juga menegaskan kita akan ma'rifatullah dan ma'rifatul insan. Siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya. Siapa yang sadar dan memiliki jiwa hamba, maka ia akan mengenal siapa Tuannya. 

Yah..kita adalah hamba dan Allah adalah Tuan kita. Kita adalah milikNya. Dia Maha Kuasa atas segalanya. 

Kesabaran juga menegaskan keimanan kita pada takdirNya. Setiap kita berada dalam genggaman kekuasaanNya dan berotasi dalam titahNya. 

Sahabat kehilangan adalah kepastian hidup, setiap yang mendapatkan pasti akan kehilangan. Keduanya siklus kehidupan.. masuk pasti keluar.. datang akan pergi..hidup akan mati...

Begitulah sunnah kehidupan... semua orang pernah merasakannya..Baginda nabi bahkan sejak kecilnya telah diajar oleh Allah SWT makna perngorbanan dan kesabaran. Makna hakiki siklus kehidupan... dan siklus itu ada yang mengaturnya...Allah yang Esa..Rabbuna wa rabbukum..

Kuncinya pada Iman..
Lihatlah fragmen yang lain di masa nabi.. Ummu Khansa.. seorang janda.. suaminya telah syahid di medan laga membela agama.. saat ia mendengar perintah jihad..ia mendatangi tiga anak laki2nya.. dan menyuruhnya berjuang membela agama.. lalu tiga anaknya tersebut syahid di medan laga pula.. 

Saat itu, Umar menyampaikan berita duka syahidnya ketiga putra Ummu Khansa, sesaat wanita itu berlinang air mata, lalu Umar berkata, "Jangan bersedih". Lalu Ummu Khansa menjawab "aku bersedih bukan karena ketiga putraku syahid, aku bersedih karena tidak ada yang bisa ku infaqkan lagi untuk agama ini."

Subhanallah... 
Ummu Khansa mengajari kita makna ikhlas, kesabaran dan hakikat keimanan. Darinya memancar mutiara ketegaran. 
Sahabatku,
JIka semuanya terjadi dan dalam keadaan kita dijalan Allah, apapun itu...tiada ada yang perlu membuat kita bersedih.. mari terus ber sabar...Yaa ayyuhalladziina aamanushbiru wa rabithu...


Belajar IKhlas

Sahabat, ikhlas , sebuah kata yang singkat namun mengandung berkat. Ikhlas merupakan awal dan landasan dari setiap amal. Ia, menurut ulama merupakan syarat syah diterimanya seluruh amal. Yah, amal jasmani, amal lisani, maupun amal qalbi.

SAbahat, kalau kita renungkan hidup ini, Allah telah menganugerahkan tiga potensi besar pada diri manusia (thaqah al insan), yaitu hati, aqal dan anggota badan. Ketiganya Allah anugerahkan agar kita beramal dengan ketiganya. 

Tulisan ku ini mencoba mengurai dan berbagi ikhlas dalam amal batin/qalbu kita. Amal yang  tak kelihatan namun berdampak luas pada kehidupan kita. Para ulama memberikan contoh amal batin itu seperti kesabaran, rendah hati, dan lain-lain. Bahkan ada yang menuliskan ikhlas itu termasuk amal batin/qalbi itu juga.

Sabahat, hidup ini tidak linier, seperti roda yang berputar begitu sebagian orang mengatakan. Ada lagi ungkapan apik yang saya baca di bungkus permen Fox... bukan promosi lho... . Hidup ini seperti roda yang berputar, harus kita kayuh agar dia berputar. 

Susah senang silih berganti, detik-detik kehidupan kita akan terisi dengan senyum dan air mata. Begitulah sejak dahulu kala, suka dan duka selalu bergiliran dalam hidup kita. Bahkan kadang di dalam air mata ada suka dan didalam duka ada senyum tawa. Itulah hidup. 

Menurut saya, bukan senyum atau air mata itu yang penting, tapi apa yang ada dibalik senyum dan air mata itulah yang barang kali akan membedakan kita di hadapan Nya. Apa yang membuat kita bahagia, apa yang menjadi alasan bagi kita untuk berduka.  

Sungguh indah ungkapan Baginda yang menyatakan, " sungguh ajaib orang mukmin itu, semua urusan baik baginya, jika dia mendapat nikmat, bahagia dan kesuksesan maka dia bersyukur, dan syukur itu baik baginya, dan tatkala rundungan duka nestapa menghampirinya, ia bersabar, dan sabar itu baik pula baginya."

Sabahat, ungkapan Baginda ini mengandungi bermacam tarbiyyah (pendidikan) untuk kita semua. Dalam kacamata saya, Baginda sedang mengajarkan pada kita hakikat dari suka dan luka. Bahagia dan nestapa, keduanya secara hakiki sama, Ujian dari Allah yang Esa. Keduanya adalah pemberianNya, dan pemberianNya adalah tanda cintaNya. Maka seolah Baginda ingin menyatakan, jangan kau lihat wujud dari nikmat atau ujiannya, tapi hendaklah kita fokus pada siapa yang memberikannya. Jika kita fokus pada si Pemberi yaitu Allah yang Esa, maka tiada berduka karena diri di uji dan tiada tinggi hati tatkala diri di sanjung dengan nikmat.

Sahabat, bagi saya, Baginda juga ingin mengajarkan jangan lihat penampakan atau pencitraan dari sesuatu, tapi rasakan dengan hati yang bersih dan mendalam, getaran hikmah yang dilahirkan bersamaan dengan nikmat dan ujian itu.  Jangan kehilangan orientasi, nikmat dan ujian adalah sarana bagi kita menebar kebaikan. 

Baginda sedang mengajarkan kepada kita, makna ikhlas. Ikhlas yang bermakna ... apapun kondisi kita selalu mengalirkan kebaikan ... saat dapat nikmat kita berbagi manfaat.. saat kita berduka kita berbagi doa dan belajar memiliki jiwa hamba. 

Sahabat, Baginda ingin mengajak kita untuk hidup bahagia, ya..bahagia dengan keikhlasan.. karena tak pernah ada bahagia bagi jiwa yang tidak ikhlas.. kaya ingin dipuja...shalih ingin di puji...saat di uji berkecil hati...saat berduka..jiwa putus asa... lalu dimana bahagianya??

Sahabatku, selamat menikmati hari-hari dengan jiwa ikhlas, bahagiakan diri dengan ikhlas. 

Sabtu, 19 Januari 2013

Lima Penambah Iman danKeyakinan

Ibnu Qudamah pernah meriwayatkan, bahwa Dzulqarnain pernah bertemu dengan salah satu malaikat. Lalu dia berkata,"Ajarkanlah kepadaku  suatu ilmu agar dapat menambah iman dan keyakinanku". Malaikat itu menjawab:
Pertama,  janganlah enngkau suka marah, karena syetan lebih mudah menguasai diri anak adam tatkala sedang marah.
Kedua, usirlah amarahmu dengan menahan diri dan dinginkan ia secara pelan-pelan.
Ketiga, janganlah engkau tergesa-gesa, sebab jika engkau tergesa-gesa engkau akan salah menempatkan diri.
Keempat, jadilah engkau orang yang luwes dan lemah lembut kepada orang yang dekat dan orang yang jauh, dan
Kelima, janganlah engkau menjadi orang yang keras lagi suka membangkang. 
(Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin)

Senin, 14 Januari 2013

Selamat Jalan Isteriku, Engkau Layak Atas Karunia Syahid itu...


17 tahun yang lalu
, saat masih aktif menjadi penulis buletin dakwah, aku membaca nama pelanggan yang memesan buletin tersebut. Hj. Robiatul Adawiyah, pasti wanita yang sudah tua. Sudah naik haji dan namanya jadul sekali. 

“Akhi, seperti apa sih ibu Robiatul ini,” tanyaku kepada Pak Marjani yang bertugas mengantar buletin. ”Ndak tahu, nggak pernah ketemu, yang saya tahu dia pesan buletin itu untuk dikirim via bis ke Kotabangun”. 

Wah wanita yang mulia, mau menyisihkan uang untuk berdakwah kepada masyarakat di hulu sungai Mahakam. Tak lama kemudian setelah kita menikah, Buletin Ad Dakwah dari Yayasan Al Ishlah Samarinda diantar ke rumah. Ternyata wanita mulia tersebut adalah engkau istriku, bukan wanita tua seperti yang kukira. Melainkan mahasiswi yang aktif mengajar di Taman Al Quran.

Istriku, beruntung aku dapat memilikimu. Sudah beberapa pemuda kaya yang mencoba mendekatimu tetapi selalu kau tolak. Kelembutanmu dan kedudukanmu sebagai putri seorang ulama besar menjadi magnet bagi para pria yang ingin memiliki istri sholehah. Kamu beralasan belum ingin menikah karena mau konsentrasi kuliah. Padahal alasan utamanya adalah kamu masih ragu dengan kesholehan mereka. Ketika Ustadzah Purwinahyu merekomendasika­n diriku, tanpa banyak tanya kau langsung menerimaku. Hanya karena aku aktif ikut pengajian kau mau menerimaku, tanpa peduli berapa penghasilanku.

Istriku, semua orang mengakui bahwa kau wanita yang tangguh. Jarang seorang wanita bercita-cita memiliki delapan anak sepertimu. Melihatmu seperti melihat wanita Palestina yang berada di Indonesia. Jika bertemu dengan Ustadz Hadi Mulyadi, suami mba Erni ustadzahmu, pasti pertanyaan pertama kepadaku adalah, “ Berapa sekarang anakmu?”. Sering orang bertanya kepadaku, “ Gimana caranya ngurus anak sebanyak itu?” Mudah, rahasianya adalah menikahi wanita yang tangguh sepertimu.

Kehangatanmu membuat anak-anak kita merasa nyaman di dekatmu. Di saat kau lelah sepulang dari mengisi halaqoh atau ta’lim mereka segera menyambutmu dan melepaskan kekangenan mereka. Kadang lucu melihat mereka membuntuti kemana kamu pergi. Kamu ke dapur mereka bergerombol di sekitarmu, pindah ke ruang tamu, pindah pula mereka ke ruang tamu. Masuk ke kamar, berbondong-bond­ong mereka ke kamar. Sampai ada anak yang selalu memegang-megang­ bajumu dan kamu berkomentar,” Nih anak kayak prangko aja, nempeeel terus.” Jangan salahkan mereka, akupun memiliki perasaan yang sama dengan mereka.

Kadang jika cintaku meluap aku berkata padamu, ”Bener nih kamu ndak nyantet aku? Aku kok bisa tergila-gila begini sama kamu?” Kamu tersenyum dan berkata, "cinta Umi ke Abi lebih besar dari cinta Abi ke Umi, Abi aja yang ndak tahu.”

Rasulullah bersabda, "Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” (HR. Ahmad). Sungguh aku merasa telah mendapatkan segalanya dengan kau di sisiku.

Kepribadianmu yang mudah bergaul menjadikanmu disenangi oleh banyak orang. Kamal berkata, “Umi terkenal banget di sekolah. Aku, Mba Aisyah, Mas Nashih, Hamidah, Hilma ini terkenal di sekolah karena anak Umi. Guru-guru kenal kami karena kami anak umi.” Aku ingat perjuanganmu menggalang beberapa orang tua murid ke kantor diknas untuk meminta tambahan kelas agar anak kita yang terlalu muda bisa diterima sekolah. Akhirnya SDN 006 Balikpapan mendapat tambahan kelas dan anak kita bisa bersekolah di sana. Seharusnya aku yang melakukan hal itu, bukan kamu.

Aku terpesona dengan caramu menjalin silaturahim dengan keluarga besarmu. Ketika kita pindah ke Balikpapan, sering kakak-kakakmu menelpon menanyakan kapan liburan ke Samarinda. Mereka rindu kepadamu. Kakakmu KH. Fachrudin, seringkali menelpon, "Kita mau ngadain acara ini, kamu ke Samarinda kah?” Sya’rani, kakakmu yang sering bepergian ke Jawa, ketika mendarat di Balikpapan pun sering berkata, "Baru dari Jawa, mau ikut saya sekalian naik mobil ke Samarinda?” Keponakan-kepon­akanmu pun sering bertanya, “Acil Robiah kapan ke Samarinda?” Jika kita liburan ke Samarinda, maka kemeriahan meledak begitu mendengar suaramu mengucapkan salam. “Wah, Haji Robiah dari Balikpapan.”

Aku kagum dengan semangatmu melaksanakan amanah dakwahmu. Sering kerinduanmu kepada keluargamu tertahan karena ada amanah dakwah yang harus kamu kerjakan. ”Sebenarnya akhir pekan ini keluarga besar kumpul. Ada acara keluarga. Tapi ada halaqoh ini dan majelis talim ini jadi ndak bisa ke Samarinda.” Semoga Allah SWT memasukkanmu ke dalam barisan orang-orang yang berjuang menegakkan agama ini.

Kesibukanmu berdakwah memang menyita waktumu. Tapi aku ridho karena kau tetap komitmen untuk mengurus rumah tangga dengan baik. Aku ridho ketika PKS berdiri, kamu bergabung dan berdakwah bersama mereka. Kulihat kau begitu menikmati hidupmu yang mungkin bagi pandangan sebagian orang sangat melelahkan.

Kamu juga aktif mengisi kajian Siroh Shahabiyah di Radio IDC FM. Ketika engkau ingin berhenti karena hamil dan mengajukan ustadzah lain, mba Irna yang mengasuh acara menolak dan mengatakan sebaiknya cuti saja dan sementara akan diputar ulang rekaman yang terdahulu. Saya tahu mereka pun telah jatuh cinta kepadamu.

Saat Ustadz Cahyadi mengadakan pelatihan keluarga, beliau meminta para peserta menulis tentang pasangannya. Aku terkejut ternyata engkau mengenaliku dengan baik. Engkau tahu makanan yang kusukai dan kubenci, teman-teman yang kuanggap shahabatku, karakter-karakt­erku, dan teman-teman Halaqohku. Diam-diam engkau memperhatikanku­. Terimakasih telah memahami diriku.

Pernah kau mengatakan bahwa kau ingin naik haji bersamaku. Aku mengatakan bahwa kamu sudah naik haji sehingga tidak wajib lagi. Kalau aku punya uang aku akan mengajak anak kita naik haji bukan kamu. Kamu berkata, “Aku akan kumpulkan uang daganganku agar bisa naik haji bersamamu.” Kamu pernah bercerita bahwa saking nikmatnya berada di Kota Mekah, kamu pernah berusaha tukar kloter dengan orang lain agar bisa bertahan lebih lama di kota Mekah.

Istriku, aku suka dengan caramu berbakti kepadaku. Ketika ustadz Muhadi mengajakku mendirikan SDIT Nurul Fikri Balikpapan kau pun mendukungku. Padahal kau tahu bahwa ini akan kembali mengurangi jatah uang belanja untukmu. Bahkan kau berkata, "Aku akan alihkan infaq-infaq yang selama ini ke lembaga zakat ke Nurul Fikri.” Selama ini kau memang menyisihkan uang transport dari mengisi majelis-majelis­ ta’lim untuk menunjang dakwahmu.

Istriku, aku menikmati sentuhan bibirmu ke pundakku sambil memelukku di saat kita naik motor berdua. Mungkin itu caramu menunjukkan kesetiaanmu. Aku tersanjung dengan gayamu menunjukkan cemburumu. Aku merindukan caramu menegurku jika engkau melihatku lalai dalam urusan agama kita. Aku merasa bahagia saat kau memujiku. Aku merasa hebat ketika engkau bermanja kepadaku.

Aku salut dengan kecintaanmu terhadap ilmu. Setiap ada ta’lim yang mendatangkan ustadz yang berkualitas kau berkata, “Harus duluan nih biar dapat duduk di depan.” Sayang, karena begitu banyaknya anakmu terkadang kau terhambat untuk berada di depan. Pernah kau begitu sedih karena tidak dapat menghadiri ta’lim yang diisi DR. Samiun Jazuli. Terlintas di dalam pikiranku, kelak aku akan membiayaimu untuk melanjutkan kuliah S2 agar kau bahagia.

Kau juga begitu bersemangat mengikuti tatsqif (Kajian Tsaqofah Islam) yang diadakan oleh PKS. Ketika ada ujian tatsqif, kau berusaha mengerjakan soal-soal tanpa berusaha menyontek. Tiba-tiba kau mendengar peserta ujian yang lain di sebelahmu saling berbisik tentang jawaban soal yang engkau tidak bisa mengerjakannya.­ Kamu pun menulis jawaban tersebut. Sepulang ke rumah engkau begitu menyesal dan gelisah. Engkau merasa berbuat curang karena mengerjakan soal dari mendengar percakapan orang lain. “Gimana nih Mas, aku sudah nyontek?” tanyamu. Aku jawab sambil bercanda, "Telpon dosennya, minta dicoret jawabanmu yang dapat dari hasil mendengar itu”. Ternyata engkau benar-benar menelpon ustadz Fahrur agar jawaban atas soal tersebut dicoret saja. Itu yang sering kulihat darimu, begitu takut akan dosa-dosamu. Aku bangga padamu istriku.

Istriku, hal yang sering membuatku bergetar adalah di saat melihat engkau sholat. Begitu khusyuk dan menjaga adab. Tidak pernah aku melihatmu terburu-buru di dalam sholat. Aku menikmati melihat caramu menghadap Tuhanmu. Selelah apapun dirimu kamu selalu berusaha membaca Quran satu juz perhari. Engkau juga tidak ingin meninggalkan dzikir harianmu. Haru rasanya saat-saat melihatmu tertidur dengan Quran masih berada di tanganmu.

Sering aku berangan-angan aku akan membahagiakanmu­ kelak saat anak-anak sudah besar. Aku akan mengajakmu berjalan-jalan ke kota wisata. Aku akan membelikanmu perhiasan walaupun sekedarnya. Karaktermu yang tidak pernah meminta memang membuatku lalai memperhatikan kebutuhanmu. Bahkan motor pun tidak pernah kubelikan. Motor butut yang kau pakai adalah motor yang memang telah kau bawa dan kau miliki sejak masih gadis.

Aku yakin bahwa kebersihan hatimulah yang memancarkan aura persahabatan dari wajahmu. Banyak yang mengatakan kepadaku, ”Beliau adalah tempat saya menyampaikan curhat.” Terkadang kau terlambat pulang dari mengisi pengajian, ketika ku tanya kenapa terlambat, kau menjawab, “Kasihan ada yang pingin curhat, jadi dengerin dia dulu. Semoga Allah segera kasih dia jalan keluar.” Saya yakin mereka curhat kepadamu karena mereka merasakan kebaikanmu.

Kamu sering memujiku, “Suami yang pintar”. Kulihat, kamulah yang lebih pintar mengaplikasikan­ teori ke dalam praktek dunia nyata. Sebenarnya aku banyak belajar darimu. Kamu pintar sekali memulyakan orang lain. Kamu sering memberikan sesuatu kepada tetangga-tetang­ga kita. Terkadang aku malu karena yang kau berikan adalah hal-hal yang sederhana. “Malu ah ngasih ke tetangga segitu. Nggak level buat mereka.” Ternyata sikap perhatianmu kepada tetangga inilah yang membuat mereka mencintaimu.

Kamu mengatakan kepada pembantu kita, “Kumpulkan teman-teman yang lain, nanti saya yang membimbing bacaan Qurannya.” Dengan sabar kamu melatih mereka membaca Quran. Kau pun membelikan peralatan memasak sebagai hadiah kepada mereka yang lulus dan melanjutkan bacaan ke jilid berikutnya. Pernah kau melihat salah seorang diantara mereka sedang berlatih mandiri di rumahnya. Kau berkata, "Bahagianya aku Bi melihat mereka mau melatih bacaan secara mandiri.” Sampai terucap dari mulut pembantu kita,“Bu, saya ini mendapat hidayah dari tangan Ibu lho.”

Terkadang aku lupa untuk memberikan uang belanja, ketika kutanya engkau menjawab,”Aku pakai uang daganganku”. Kau­ kadang membelikanku baju sebagai hadiah ulang tahunku. Aku memang seorang yang berprinsip minimalis, terkadang jika ada barang yang menurutmu harus dibeli, aku mengatakan bahwa itu tidak perlu dibeli, kita da’i tidak usah terlalu mengejar kesempurnaan. Seperti biasa kau pun mengalah dan berkata, "Ya sudah pake uang aku aja.”

Ketika engkau mengalami pendarahan saat melahirkan anak kita yang ke delapan, engkau mengalami step. Sungguh hancur hatiku melihatmu menderita. Ketika dokter mengatakan butuh tiga kantung darah, aku segera keluar berlari menuju PMI tanpa sempat mengambil alas kaki. Aku sangat takut kehilangmu. Ketika diberitahu bahwa putra kita telah meninggal, aku sudah tidak peduli lagi, “Tolong selamatkan istri saya dok.” Setelah dioperasi kau sempat tersadar, aku tidak tega untuk mengatakan bahwa putra kita telah meninggal. Aku tidak ingin kau tahu bahwa kandungan yang sangat kau cintai dan sering kau elus-elus dengan penuh cinta telah mendahuluimu.

Dokter mengatakan bahwa kondisi sangat kritis, biasanya kondisi ini berakhir dengan kematian. Dengan kesedihan yang terus mengelayuti aku berkata, ”Umi tidak usah ngomong apa-apa, semua abi yang urus, Umi nyebut Allah saja.” Aku berharap seandainya Allah memanggilmu, maka ucapan terakhirmu adalah Allah. Walau tidak ada suara yang kudengar, kulihat mulutmu menyebut nama Allah dua kali. Saat itu aku bernazar, aku punbertawashul dengan segala amalku agar Allah memberikan kesempatan agar engkau masih bisa bersamaku. Dan ternyata anak-anak kita bercerita bahwa saat itu di rumah mereka juga bernazar agar ibu mereka selamat.

Dengan sisa harapan yang tersisa di hatiku, aku berusaha membangkitkan semangatmu, ”Cep­at sembuh, anak-ana­k kita menunggumu di rumah.” Engkau mengangguk-angg­uk. Ternyata Allah SWT sangat mencintaimu. Allah SWT ingin memberimu karunia syahid. Kematianmu karena melahirkan putra kita menunjukkan bahwa Allah ingin memberikan yang terbaik untukmu. Sebagaimana Rasulullah mengatakan bahwa wanita yang mati karena melahirkan termasuk orang-orang yang mati syahid.

Seorang shahabatmu, Ustadzah Mahmudah, menelponku, "Mba Robi itu kalau saya perhatikan sangat khusyuk kalau memimpin doa atau mengaminkan doa. Kalau berdoa, saat kalimat wa amitha 'ala syahaadati fii sabiilik (matikanlah jiwa kami dalam syahid di jalan-Mu) sering saya lihat mba Robi meneteskan air mata. Ternyata kita memang tidak boleh meremehkan kekuatan doa.”

Pak Emil tetangga kita berkata, ”Saya tidak pernah berinteraksi dengan almarhumah. Hanya istri saya yang bergaul dengannya. Tapi kepergiannya membuat saya merasa kehilangan sampai dua hari”. Mungkin dia shock karena melihat istrinya terguncang.

Ustadzah Sujarwati berkata, "Saya mengisi pengajian dekat SMPN 10, mereka bercerita bahwa almarhumah ustadzah Robiah yang merintis majelis ta’lim ini. Mereka semua kemudian menangis karena teringat istri sampeyan.” Banyak yang terkejut dengan kepergianmu. Ada yang baru mendengar kematianmu, datang ke rumah untuk kemudian menangis karena kehilanganmu.

Hari kematianmu menjadi saksi atas kesholihanmu. Begitu banyak yang datang untuk memberikan penghormatan kepadamu. Ustadz Muslim mengatakan, "Sahabat-sahabat­nya dari pesantren Al Amin, Madura sudah siap-siap mau beli tiket untuk ke Balikpapan, tapi mendengar jenazah akan di bawa ke Samarinda mereka tidak jadi datang.” Beberapa ustadz datang dari Samarinda. Bahkan Ustadz Masykur Sarmian, Ketua DPW PKS Kaltim pun datang dari Samarinda dan menjadi imam yang mensholatimu. Aku pun melihat ustadz Cahyadi Takariawan, penulis buku dari Yogya, hadir di masjid itu. Mungkin Allah sengaja mengutus orang-orang sholih tersebut untuk mensholatimu dan menyempurnakan pahalamu. Motor-motor memenuhi jalan masuk ke komplek kita. Seseorang dengan heran mengatakan bahwa kemarin kepala kantor meninggal di komplek ini yang datang nggak sebanyak ini. Ini cuma ibu rumah tangga kok banyak banget yang datang.

Sesudah disholatkan di masjid Balikpapan, engkaupun dibawa ke Samarinda. Sampai di masjid Ar Raudhah, Aku melihat KH. Mushlihuddin, LC Koordinator Qiroati untuk Kalimantan hadir di sana. Kamu sering berkata bahwa kamu sudah menganggap beliau, guru mu membaca Quran, seperti ayah sendiri. Kecintaanmu kepada Quran membuat kamu mencintai beliau yang selalu komitmen berjuang menegakkan Al Quran di muka bumi. Sering kamu mengatakan bahwa kamu kangen dengan gurumu, ustadz Mushlih. Segera aku meminta beliau untuk menjadi imam sholat jenazah untukmu.

Kakakmu, Ibu Mursyidah berkata, ”Kepergiannya persis seperti ayahnya, KH. Abdul Wahab Syahrani. Disholatkan dari masjid ke masjid.” Sebelum meninggal beliau berwashiat untuk dikuburkan di Kotabangun. Karena washiat itu beliau disholatkan di tiga masjid di tiga kota oleh murid-murid beliau. Pertama disholatkan di Islamic Centre Samarinda, kemudian disambut oleh Bupati Kutai Kartanegara (Beliau adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Kab. Kukar) dan disholatkan di masjid agung Tenggarong, kemudian disholatkan kembali oleh murid-murid beliau di masjid Kotabangun.

Dengan lelehan airmata aku ikut memandikanmu, mengangkatmu, memasukanmu ke liang lahat. Seseorang berkata, "Antum duduk saja biar yang lain saja.” Tidak, Aku tidak mau kehilangan kesempatan ini. Aku sudah kehilangan kesempatan membahagiakanmu­ di dunia. Aku sudah kehilangan kesempatan membalas dengan baik pelayananmu kepadaku. Biarlah hari ini aku melayanimu walaupun sekedar mengurus jasadmu.

Terimakasih istriku, selama hidupmu kau selalu berusaha tidak merepotkanku. Ketika aku ke bengkel untuk menambal ban, aku mengabarkan kematianmu dan memohon doa untukmu. Tukang tambal ban, mendoakannya dan berkata, "Istri sampeyan sering ke sini sendiri, menuntun sepeda motor untuk menambal ban, atau kadang ganti ban motor”. Sekuat tenaga ku tahan airmataku. Aku tahu sebenarnya itu adalah tugasku. Kubayangkan adakah wanita lain yang mau menuntun motor ke bengkel untuk menambal ban karena tidak ingin merepotkan suaminya.

Mungkin kamu saat ini telah tersenyum bahagia bercanda bersama Abdullah, putra kita. Mungkin kamu sudah bertemu dengan ayah ibumu yang sangat kamu cintai. Walaupun aku betul-betul kehilanganmu, aku tahu bahwa karunia syahid yang Allah SWT berikan kepadamu adalah yang terbaik untukmu.

Istriku, aku menulis ini untuk menumpahkan rindu yang bergejolak di hatiku. Aku juga berharap agar orang yang membacanya mau meringankan lidahnya untuk mendoakanmu. Aku berharap tulisan ini dapat membalas jasamu kepadaku. Sungguh betapa lambatnya hari-hari berlalu tanpamu. Ingin rasanya aku segera masuk ke surga agar dapat bertemu kembali denganmu. Selamat jalan Khadijahku.....



Balikpapan, hari ke sembilan belas tanpamu di sisiku

Yang bersyukur mendapatkanmu

Suamimu,
Abu Muhammad
COPAS dari www.pkspiyungan.org

Minggu, 13 Januari 2013

Diet Ala Rasulullah SAW


Diet Rasulullah SAW Rupanya tanpa Kita sadari, dalam makanan yang Kita makan sehari-Hari, Kita tak boleh sembarangan. Hal inilah penyebab terjadinya berbagai penyakit antara lain penyakit kencing manis, lumpuh, sakit jantung, keracunan makanan Dan lain-lain penyakit. Apabila anda telah mengetahui ilmu ini, tolonglah ajarkan kepada yang lainnya. Ini pun adalah diet Rasullulah SAW Kita juga. Ustaz Abdullah Mahmood mengungkapkan, Rasullulah tak pernah sakit perut sepanjang hayatnya karena pandai menjaga makanannya sehari-Hari. Insya Allah kalau anda ikut diet Rasullullah ini, Anda takkan menderita sakit perut ataupun keracunan makanan. Jangan makan SUSU bersama DAGING Jangan makan DAGING bersama IKAN Jangan makan IKAN bersama SUSU Jangan makan AYAM bersama SUSU Jangan makan IKAN bersama TELUR Jangan makan IKAN bersama DAUN SALAD Jangan makan SUSU bersama CUKA Jangan makan BUAH bersama SUSU (Contoh: KOKTAIL) CARA MAKAN * Jangan makan buah setelah makan nasi, sebaliknya makanlah buah terlebih dahulu, baru makan nasi. * Tidur 1 jam setelah makan tengah Hari. * Jangan sesekali tinggal makan malam. Barang siapa yg tinggal makan malam dia akan dimakan usia Dan kolesterol dalam badan akan berganda. Nampak memang sulit.. Tapi, kalau tak percaya. Cobalah... Pengaruhnya tidak dalam jangka pendek. Akan berpengaruh bila Kita sudah tua nanti. * 
Dalam Al-Quran juga melarang Kita makan makanan darat bercampur dengan makanan laut. Nabi pernah mencegah Kita makan ikan bersama susu karena akan cepat mendapat penyakit. Ini terbukti oleh ilmuwan yang menemukan bahwa dalam daging ayam mengandung ion+(positif) sedangkan dalam ikan mengandung ion-(negatif), jika dalam makanan Kita ayam bercampur dengan ikan maka akan terjadi reaksi biokimia yang akan dapat merusak usus Kita. * Al-Quran Juga mengajarkan Kita menjaga kesehatan spt membuat amalan antara lain: 1. Mandi Pagi sebelum subuh, sekurang kurangnya sejam sebelum matahari terbit. Air sejuk yang meresap kedalam badan dapat mengurangi penimbunan lemak. Kita boleh saksikan orang yang mandi pagi kebanyakan badan tak gemuk. 2. Rasulullah mengamalkan minum segelas air sejuk (bukan air es) setiap pagi. Mujarabnya Insya Allah jauh dari penyakit (susah mendapat sakit). 3. Waktu sembahyang subuh disunatkan Kita bertafakur (yaitu sujud sekurang kurangnya semenit setelah membaca DOA). Kita akan terhindar dari sakit kepala atau migrain. Ini terbukti oleh para ilmuwan yang membuat kajian kenapa dalam sehari perlu Kita sujud. Ahli-ahli sains telah menemui beberapa milimeter ruang udara dalam saluran darah di kepala yg tidak dipenuhi darah. Dengan bersujud maka darah akan mengalir keruang tersebut. 4. Nabi juga mengajar Kita makan dengan tangan Dan bila habis hendaklah menjilat jari. Begitu juga ahli saintis telah menemukan bahwa enzyme banyak terkandung di celah jari jari, yaitu 10 kali ganda terdapat dalam air liur. (enzyme sejenis alat percerna makanan). Sabda nabi, Ilmu itu milik Allah, barang siapa menyebarkan ilmu demi kebaikan insya Allah. Allah akan menggandakan 10 kali kepadanya,

♥ Selamat Mencoba ♥

Jumat, 11 Januari 2013

Visi Peradaban Komprehensif (2)

Pertama: Islam
Dengan kontribusi teori dan keilmuannya sepanjang masa, Islam telah membentuk jati diri umat, merumuskan identitasnya, serta membangun fondasi undang-undang yang berkaitan dengan mental, intelektual, dan amal. Di atas fondasi ini undang-undang tersebut terumuskan secara serta merta. Dan di dalam jiwa jutaan anak bangsa ini, ukuran-ukuran benar dan salah, baik dan jahat, serta indah dan buruk itu menjadi sangat jelas.
Islam adalah agama pamungkas yang diridhai Allah bagi hamba-hamba-Nya di muka bumi ini. Islam mengatur setiap aspek kehidupan manusia, mengatur berbagai urusan masyarakat dalam setiap sisinya, baik perilaku, sosial, politik, dan ekonomi. Islam dianut oleh segenap anak bangsa ini. Mereka menghalalkan apa yang dihalalkannya, mengharamkan apa yang diharamkannya, komitmen terhadap perintah-perintahnya, menerima arahan-arahannya, serta menjadikannya sebagai pemutus perkara untuk menyelesaikan perselisihan mereka, menjadikannya landasan untuk mengatasi problematika mereka. Hanya dengan mengikuti manhajnya sajalah kebahagiaan dan kebaikan manusia di dunia dan akhirat dapat terwujud. Allah berfirman, “Jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha [20]: 123)
Islam dalam pemahaman Al-Ikhwan al-Muslimun merupakan sistem komprehensif yang menyentuh semua fenomena kehidupan. Islam adalah negara dan tanah air, atau pemerintah dan rakyat. Islam adalah akhlak dan kekuatan, atau rahmat dan keadilan. Islam adalah kebudayaan dan undang-undang, atau ilmu dan peradilan. Islam adalah materi atau kerja dan kekayaan. Islam adalah jihad dan dakwah, atau pasukan dan pemikiran. Sebagaimaan Islam adalah akidah yang murni sekaligus ibadah yang benar.
Kita meyakini bahwa fondasi pertama yang menjadi pijakan umat ini adalah akidah Islam. Yaitu akidah yang membangun, bukan merusak..menyatukan, bukan memecah belah..Karena akidah Islam berpijak pada seluruh warisan risalah Ilahi dan keimanan kepada Rasul-Rasul Allah seluruhnya. “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari Rasul-Rasul-Nya.” (al-Baqarah [2]: 285)
Akidah ini memiliki tema komprehensif yang merangkumnya, serta syi’ar sempurna yang mengartikulasikannya. Yaitu kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah. Jadi, tidak ada penghambaan dan ketundukan kepada kekuasaan apapun selain kekuasaan Allah, tidak pula kepada hukum apapun selain hukum Allah, tidak pula kepada perintah apapun selain perintah Allah, serta menolak loyalitas kecuali kepada Allah, dan menolak cinta selain kepada-Nya dan di jalan-Nya.
“Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.” (Ali Imran [3]: 64)
Kita meyakini bahwa sumber pertama akidah, syari‘at, akhlak, nilai-nilai, pemahaman, dan kriteria Islam adalah al-Qur’an al-Karim. Sebuah Kitab yang tidak termasuki kebatilan, baik dari depan atau dari belakang. Allah sendiri menjamin untuk menjelaskan, memudahkan, dan memeliharanya. Sebuah Kitab yang berbahasa Arab, tetapi universal kandungan dan orientasinya.
Kita mengimani bahwa Sunnah merupakan sumber kedua Islam setelah al-Qur’an..Ia menafsirkan penjelasan global al-Qur’an, mengkhususkan penjelasan umumnya, dan membatasi penjelasan mutlak-nya. Sunnah dalam pemahaman kita adalah apa yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam bentuk ucapan, perbuatan, dan pengakuan.
“Katakanlah, ‘Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul…Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.’” (an-Nur [24]: 54).
“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran [3]: 31)
Imam Hasan al-Banna telah menjelaskan secara garis besar pemahaman Al-Ikhwan al-Muslimun tentang prinsip ini, “Al-Qur’an al-Karim dan Sunnah Muthahharah merupakan referensi setiap Muslim dalam mengenali hukum-hukum Islam. Al-Qur’an harus dipahami sesuai dengan kaidah bahasa Arab, dengan tidak memaksakan dan tidak mengada-ada. Sedangkan pemahaman tentang Sunnah Muthahharah dikembalikan kepada para ahli Hadits yang tepercaya.”
“Kita percaya bahwa Islam tidak mengenal perdukunan, tidak ada lapisan masyarakat yang memonopili agama, atau menguasai nurani, dan menutup pintu Allah bagi manusia kecuali melalui jalannya..Semua manusia dalam Islam bertanggungjawab atas agamanya sendiri, tanpa membutuhkan mediator antara mereka dan Tuhan mereka.
Ulama Islam tidak lain adalah para pakar di bidang spesialisasi mereka dan mereka menjadi rujukan di dalamnya, sebagaimana para pakar menjadi rujukan dalam sebuah disiplin ilmu. “Maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.” (al-Furqan [25]: 59)
“Dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui.” (Fathir [35]: 14)
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (an-Nahl [16]: 43)
Di antara hak setiap muslim jika ia mau adalah menjadi cendekia melalui kajian dan spesialisasi, bukan melalui warisan dan gelar. Karena Islam menolak dikotomi manusia dan berbagai lembaga menjadi bidang agama dan bukan agama. Jadi, tidak ada dikotomi manusia, pendidikan, undang-undang, dan lembaga. Seluruhnya harus dalam kerangka taat kepada Allah dan mengabdi kepada manusia.
Syari‘at Islam merupakan syari‘at yang komprehensif. Ia datang untuk mengatur prinsip-prinsip hubungan antara seseorang dengan Tuhannya, antara dia dengan dirinya sendiri, antara dia dengan masyarakatnya, antara dia dengan umatnya yang terbesar, antara dia dan umat manusia seluruhnya. Bahkan antara dia dengan alam semesta yang besar di sekitarnya.
Syari‘at Islam merupakan wahyu Allah Ta‘ala yang terefleksi di dalam al-Qur’an al-Karim dan di dalam Sunnah Nabawiyyah yang shahih dan suci. Fikih bagi kita adalah kerja akal yang tunduk dan terikat dalam kegiatan ijtihad, berpikir, dan menarik kesimpulan dengan kriteria-kriteria syar‘i, ‘aqli, dan linguistik, serta mengerahkan segenap tenaga untuk memahami al-Qur’an dan Sunnah, dan menyimpulkan hukum-hukum praktis dari keduanya. Jadi, syari‘at adalah wahyu rabbani, sementara fiqih adalah amal manusia.
Prinsip dalam ibadah adalah ta‘abbud berdasarkan nash, tanpa mempertimbangan alasan dan makna. Sedangkan prinsip dalam mu‘amalah adalah mempertimbangkan alasan, makna, dan tujuan.
Syari‘at Islam adalah nash-nash, tujuan-tujuan, dan kaidah-kaidah. Ia merupakan bangunan universal yang meletakkan dasar-dasar umum bagi kehidupan manusia yang lurus, tanpa ada suatu keberatan dan kesulitan di dalamnya. Ia bertujuan membangun masyarakat keadilan dan kebajikan di semua bidang sosial, politik, dan ekonomi, dan dalam bingkai apa yang diistilahlah ulama fikih dengan jalbul-mashalih wa dar’ul-mafasid (mendatangkan kebajikan dan menolak kerusakan), di atas dasar-dasar kriteria syari‘at Islam dan hal-hal yang konstan darinya.
Syari‘at Islam dalam pemahaman kita memiliki ciri “tinggi, sempurna, dan langgeng”. Syari‘at Islam tinggi dalam berbagai karakteristik dan elemen-elemannya, di atas semua pemikiran manusia seberapapun besarnya pemikiran itu..Ia mengalahkan setiap pengalaman manusia di seluruh ruang dan waktu, meskipun pengalaman-pengalaman ini banyak, kaya, dan beragam. Sebagaimana syari‘at Islam memiliki ciri kesempurnaan yang tidak terhinggapi kekurangan dan ketidak-seimbangan. Ia juga memiliki ciri langgeng, yakni tetap dan tidak berubah, kokoh dan tidak berubah-ubah, karena ia selalu mendahului pemikiran manusia, sebagaimana ia mendampinginya, khususnya yang berkaitan dengan kaidah dan prinsip umum. syari‘at Islam menuntun pemikiran manusia di setiap fasenya, kendati pemikiran itu telah tinggi. Sanksi atau hukuman menurut pandangan Islam bukan faktor terbesar dalam menangani kejahatan. Sebaliknya, menjaga agar tidak terjadi kejahatan dengan mencegah sebab-sebabnya merupakan faktor terbesar, karena menjaga selalu lebih baik daripada mengobati.
Ijma‘ umat berpijak pada keluwesan syari‘at yang dibawa oleh nash dan ditegaskan oleh kaidah. “Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (al-Hajj [22]: 78)
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (al-A‘raf [7]: 157)
“Janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.” (al-Baqarah [2]: 286)
Pintu ijtihad dalam agama selalu terbuka. Tidak seorang pun mampu menutup apa yang telah dibuka oleh Allah Ta‘ala dan Rasul-Nya. Ijtihad termasuk fardhu kifayah bagi umat Islam. Jadi, umat harus menggunakan sarana dan prasarana baik berupa pesantren dan universitas untuk menghasilkan ulama semacam ini. “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (at-Taubah [9]: 122)
Pintu ijtihad dalam agama tidak terbuka kecuali bagi ahlinya dan pada tempatnya.. Yang dimaksud ahli ijtihad adalah orang yang telah memenuhi syarat-syarat dan kompetensi-kompetensi pokok yang disepakati oleh para ahli Ushul dan fiqih. Dan yang dimaksud dengan pada tempatnya adalah hukum-hukum yang bersifat zhanni (dugaan). Maksudnya, dalilnya bersifat zhanni dari segi keshahihan riwayatnya atau dari segi indikasinya, atau kedua-duanya. Mengenai qath‘iyyat (perkara-perkara pasti), maka tidak ada ruang ijtihad di dalamnya. Yaitu aspek-aspek konstan yang menjaga kesatuan akidah, pemikiran, emosi, dan perilaku umat.
Kaum Muslimin di manapun mereka berada adalah satu umat… Ridha menjadikan Allah Ta‘ala sebagai Rabb..Islam sebagai agama..Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul..al-Qur’an sebagai imam dan manhaj..Mereka disatukan oleh ukhuwwah imaniyah.
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (al-Anbiya’ [21]: 92)
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (al-Hujurat [49]: 10)
Umat Islam adalah umat pertengahan yang memiliki akidah dan misi bagi semua umat manusia yang berbeda-beda ras, tanah air, bahasa, dan warna kulit mereka. Ia tidak terafilisasi kepada suatu ras, atau suatu kawasan, atau suatu bahasa, atau suatu suku. Misi umat kita bersifat rabbani, insani, akhlaqi, dan intinya dua hal:
Pertama, beriman kepada Allah semata. Mereka tidak mencari Tuhan selain Allah, tidak mengambil penolong selain Allah, serta tidak mencari hakim selain Allah.
Kedua, mengajak manusia kepada kebenaran, kebaikan, dan nilai-nilai luhur dengan mengemban kewajiban amar maruf dan nahi mungkar.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‘ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran [3]: 104)
“Sesungguhnya Allah membangkitkan kita untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan para hamba kepada penyembahan Tuhan para hamba, dari sempitnya dunia kepada luasnya dunia, dan dari ketidak-adilan agama-agama kepada keadilan Islam.” (Pernyataan Rib‘i bin ‘Amir kepada Rustum pemimpin militer Persia)
Kedua: Keadilan
Keadilan merupakan sunnah kauniyah yang di atasnya Allah menegakkan langit dan bumi. Peradaban tidak bisa dibangun dan pembangunan tidak bisa berjalan kecuali di bawah naungan keadilan. Negara tidak bisa stabil dan kekuasaannya tidak bisa efektif kecuali dengan keadilan. Allah menurunkan Kitab-Kitab dan mengutus para Rasul dengan membawa keterangan-keterangan dan petunjuk agar manusia berlaku adil dan memutuskan perkara dengan adil.
Keadilan dianggap sebagai inti syari‘at Islam. Syari‘at Islam datang hanya untuk menegakkan masyarakat adil dan egaliter antara semua umat manusia, baik penguasa atau rakyat, muslim dan non-muslim.
Keadilan tidak ada artinya tanpa jaminan kebebasan, persamaan, dan terwujudnya prinsip musyawarah. Kebebasan dan persamaan itu tidak bisa tegak pada tataran visi, organisasi, dan aksi kecuali jika berpijak pada prinsip keadilan. Dengan keadilan dicapai keseimbangan antara kepentingan-kepentingan individu dan kelompok. Dengan keadilan, kemaslahatan kekuasaan terjamin dan tidak berubah menjadi institusi yang menindas rakyat dan kepentingan-kepentingannya.
Sesungguhnya penegakan keadilan merupakan tugas praksis yang mengharuskan masyarakat memiliki sarana dan prsasana untuk merealisasikan keadilan, mencegah kezhaliman, dan menghentikan kesewenang-wenangan. Yaitu dengan cara mendidik individu-individu dengan berbagai prinsip dan nilai-nilai luhur yang mendorong mereka untuk berkorban dalam rangka menegakkan keadilan dan kesamaan hak di antara manusia, serta menegakkan pemerintahan di atas prinsip keadilan yang tercermin pada instansi pemerintah itu sendiri dan aplikasi keadilan di dunia realitas.
Sesungguhnya penegakan keadilan dengan konsepnya yang komprehensif tidak bisa teralisir kecuali dengan komitmen pada syari‘at Islam dan petunjuk Islam di setiap cabang dan bidang kehidupan.
Ketiga: Kebebasan
Allah menciptakan manusia dalam keadaan bebas berkehendak, dan memberinya kemampuan untuk memilih pendapat dan perbuatan yang dikehendakinya. Kebebasan merupakan fitrah yang ditanamkan pada manusia agar ia terebas dari setiap ikatan dan belenggu yang membatasinya, untuk menjadi hamba Allah semata, melawan setiap usaha penindasan, dan membantu orang lain mewujudkan hal serupa. Pelanggaran terhadap kebebasan manusia dianggap sebagai penentangan terhadap kehendak Tuhan Pencipta. Syari‘at Islam mewajibkan negara untuk menjaga kebebasan warganya, dan menyediakan iklim yang mendorong warganya mencapai kebebasan dalam bentuknya yang paling ideal dalam menghadapi berbagai tekanan sosial.
Dengan pengertian ini, kebebasan merupakan nilai tertinggi dan prinsip umum yang mencakup semua sisi kehidupan manusia, karena ia berakar pada hatinya yang paling dalam, kesadarannya, dan persepsinya, sehingga kebebasan itu menjadikannya manusia merdeka dan sama, menyangkut pandangannya terhadap orang lain. Kebebasan itu bersifat mutlak, tidak terikat kecuali dengan prinsip-prinsip syari‘at, dan tidak terbingkai kecuali dengan nilai-nilai agama.
Aturan penggunaan kebebasan itu harus memenuhi dua syarat:
Pertama, memelihara dasar prinsip umum yang menjadi pijakan kebebasan.
Kedua, aturan penggunaan kebebasan itu tidak boleh menyentuh sumber-sumber dasar hak ini.
Menghhormati kebebasan merupakan kebutuhan hidup dan syarat wajib untuk melejitkan potensi dan daya kreatifitas individu, serta mendorong mereka untuk meningkatkan kontribusi dan produksi.
Keempat: Kesamaan
Prinsip kesamaan berlandaskan pada kesamaan asal-muasal manusia, karena seluruh manusia itu keturunan Adam, dan Adam itu terbuat dari tanah. Sedangkan esensi prinsip kesamaan adalah kesamaan undang-undang di antara individu-individu masyarakat. Karena manusia, baik yang lemah atau yang kuat, yang kaya atau yang miskin, penguasa atau pemerintah, itu setara di hadapan undang-undang dan peradilan. Tidak ada perbedaan di antara mereka disebabkan keturunan, ras, warna kulit, profesi, dan status sosial.
Di dalam pokok-pokok proyek umum kita, kita tidak bergerak dalam kehampaan, dan tidak membangun suatu umat dari ketidaaan. Sebaliknya, kita bersandar pada tradisi sosial Islami selama 1400 tahun. Memang benar bahwa tradisi ini sedikit banyak telah mengalami ketidak-seimbangan di sana sini. Hanya saja, dalam ijtihad kita, ia tetap menjadi dasar yang layak untuk menilai dan meluruskan. Di antara inti sikap kita secara syar‘i dan hadhari (peradaban) adalah bahwa hikmah merupakan barang milik kita yang hilang. Apapun keterlibatan kita dalam membangun peradaban manusia, baik kecil atau besar, maka kita meyakini bahwa kebudayaan berbagai umat, pengalaman berbagai bangsa, dan fakta-fakta peradaban manusia dengan dua sisinya, materiil dan psikologis, merupakan sumber untuk memperkaya proyek peradaban kita. “Hikmah adalah barang milik orang mukmin yang hilang. Kapan dia mendapatinya, maka dialah yang paling berhak atasnya.” [1] Pendayagunaan berbagai kekayaan tersebut harus diatur dengan aturan-aturan syari‘at dan berbaga maslahat yang disyari‘atkan.

[1] HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, dan Ibnu ‘Asakir dari Ali. As-Suyuthi menilai hadits ini hasan dalam kitab al-Jami‘ ash-Shaghir.

Rabu, 09 Januari 2013

DOA IBU SEPANJANG JALAN... Mom I Love You

Hidup bersama dengan orang tua tidaklah selamanya mulus-mulus saja. Kadang ada kerikil-kerikil kecil dalam sandal, yang membuat langkah kita harus terhenti sejenak untuk membersihkan hati agar berprasangka baik kepada anak maupun kepada orang tua.
Tidak selamanya pendapat kita harus sama dengan keinginan orang tua, karena zaman yang berubah maupun kondisi lingkungan yang berbeda. Namun Hidup dengan orang tua memang banyak nilai positifnya, kita bisa berbagi kesenangan saat tanggal muda dengan makan bersama dengan berbagi sebagian dari gaji yang kita peroleh, dapat memberi perhatian lebih pada orang tua sekaligus sebagai pelindung buat orang tua di saat diperlukan dan merawatnya tatkala sakit.
Kakak saya sebagai sales Toyota di daerah Jawa Tengah, mungkin merupakan anak yang paling berjasa dibanding dengan anak-anak yang lain, karena berkesempatan tinggal dengan ibu saya yang tinggal sebatang kara. Sementara anak-anak yang lain tinggal di kota lain bersama suami/isteri masing-masing.
Sebenarnya secara manusiawi mungkin capek, letih menempuh jarak 100 km tiap hari dari Boyolali-Salatiga, tetapi karena ingin berbakti kepada ibu saya, hal itu tidaklah begitu dirasakan.
Tahun demi tahun rupanya rasa letih yang terakumulasi tersebut menjadi pertimbangan kakak saya untuk mendekati tempat kerjanya di Salatiga. Berat rasanya, namun apa boleh buat. Pada tahun pertama isterinya ditinggal di rumah bersama ibu, tetapi karena hidup berkeluarga afdolnya menjadi satu, akhirnya diboyong juga ke Salatiga.
Walaupun ibu saya tinggal sendirian, beliau tetap mendoakan untuk kebaikan kakak dan anak yang lain. Bahkan banyak doa ibu saya yang dikabulkan sangat cepat.
Pernah suatu ketika menjelang lebaran tiba, kakak membawakan beras 2 kantong dan ibu saya berterima kasih serta mendoakan semoga jualan mobilnya laris. Eeeeh… terkabul hari berikutnya masih pagi-pagi ada yang telpon pesan mobil langsung 2 kebetulah stok tersedia dan bisa langsung dikirim. Alhamdulillah.
Memang kakak saya termasuk orang yang gemar berbagi terutama untuk ibu, tetapi ia tidak pernah merasa rugi. Suatu saat sepulang kerja ia berbagi bonus kepada ibu entah berapa jumlahnya. Lagi-lagi doa ibu di bayar tunai, normalnya setiap menjual 1 mobil dapat komisi tunai 250.000, namun tidak berlaku untuk hari itu, karena seseorang membeli dengan kredit dan menyerahkan proses pembiayaan kepada kakak, saat diminta nomor rekening kakak saya nurut saya, dan setelah dicek ternyata mendapat kiriman 6 juta. Subhanallah.
Terakhir yang baru terjadi sepekan yang lalu, sebelum mengikuti kontes kakak minta doa kepada ibu agar juara I, alhamdulillah terkabul juga dan mendapat hadiah beberapa juta rupiah.
Kerikilnya ada juga lho, pernah kakak saya diminta bantuan ibu saya tidak menurut, karena sedang letih atau gimana, begitupun ibu saya sangat perlu bantuan kakak. Karena kesal ibu saya berkata, “Nanti kalau jatuh tidak saya tolongin lho.” Baru satu jam kakak saya berangkat kerja, ibu mendapat kabar bahwa kakak jatuh dari motor dan sedang dirawat di rumah sakit. Ibu saya sangat menyesal teringat ucapan tadi pagi, dan tak henti-henti menangis kerena khilaf. Makanya ibu-ibu janganlah berkata yang tidak baik untuk anaknya walaupun sedang kecewa.
Bagaimanapun doa dan kasih sayang ibu adalah sepanjang masa, karena ibu selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya, untuk itu banyak-banyaklah berbuat baik kepada ibu, banyak bersedekah, bahagiakan Ia, doanya sangat di dengar Allah.
Ruang Server Depkeu, 4 Desember 2006
www.hartono.co.nr