Senin, 21 Januari 2013

Belajar IKhlas

Sahabat, ikhlas , sebuah kata yang singkat namun mengandung berkat. Ikhlas merupakan awal dan landasan dari setiap amal. Ia, menurut ulama merupakan syarat syah diterimanya seluruh amal. Yah, amal jasmani, amal lisani, maupun amal qalbi.

SAbahat, kalau kita renungkan hidup ini, Allah telah menganugerahkan tiga potensi besar pada diri manusia (thaqah al insan), yaitu hati, aqal dan anggota badan. Ketiganya Allah anugerahkan agar kita beramal dengan ketiganya. 

Tulisan ku ini mencoba mengurai dan berbagi ikhlas dalam amal batin/qalbu kita. Amal yang  tak kelihatan namun berdampak luas pada kehidupan kita. Para ulama memberikan contoh amal batin itu seperti kesabaran, rendah hati, dan lain-lain. Bahkan ada yang menuliskan ikhlas itu termasuk amal batin/qalbi itu juga.

Sabahat, hidup ini tidak linier, seperti roda yang berputar begitu sebagian orang mengatakan. Ada lagi ungkapan apik yang saya baca di bungkus permen Fox... bukan promosi lho... . Hidup ini seperti roda yang berputar, harus kita kayuh agar dia berputar. 

Susah senang silih berganti, detik-detik kehidupan kita akan terisi dengan senyum dan air mata. Begitulah sejak dahulu kala, suka dan duka selalu bergiliran dalam hidup kita. Bahkan kadang di dalam air mata ada suka dan didalam duka ada senyum tawa. Itulah hidup. 

Menurut saya, bukan senyum atau air mata itu yang penting, tapi apa yang ada dibalik senyum dan air mata itulah yang barang kali akan membedakan kita di hadapan Nya. Apa yang membuat kita bahagia, apa yang menjadi alasan bagi kita untuk berduka.  

Sungguh indah ungkapan Baginda yang menyatakan, " sungguh ajaib orang mukmin itu, semua urusan baik baginya, jika dia mendapat nikmat, bahagia dan kesuksesan maka dia bersyukur, dan syukur itu baik baginya, dan tatkala rundungan duka nestapa menghampirinya, ia bersabar, dan sabar itu baik pula baginya."

Sabahat, ungkapan Baginda ini mengandungi bermacam tarbiyyah (pendidikan) untuk kita semua. Dalam kacamata saya, Baginda sedang mengajarkan pada kita hakikat dari suka dan luka. Bahagia dan nestapa, keduanya secara hakiki sama, Ujian dari Allah yang Esa. Keduanya adalah pemberianNya, dan pemberianNya adalah tanda cintaNya. Maka seolah Baginda ingin menyatakan, jangan kau lihat wujud dari nikmat atau ujiannya, tapi hendaklah kita fokus pada siapa yang memberikannya. Jika kita fokus pada si Pemberi yaitu Allah yang Esa, maka tiada berduka karena diri di uji dan tiada tinggi hati tatkala diri di sanjung dengan nikmat.

Sahabat, bagi saya, Baginda juga ingin mengajarkan jangan lihat penampakan atau pencitraan dari sesuatu, tapi rasakan dengan hati yang bersih dan mendalam, getaran hikmah yang dilahirkan bersamaan dengan nikmat dan ujian itu.  Jangan kehilangan orientasi, nikmat dan ujian adalah sarana bagi kita menebar kebaikan. 

Baginda sedang mengajarkan kepada kita, makna ikhlas. Ikhlas yang bermakna ... apapun kondisi kita selalu mengalirkan kebaikan ... saat dapat nikmat kita berbagi manfaat.. saat kita berduka kita berbagi doa dan belajar memiliki jiwa hamba. 

Sahabat, Baginda ingin mengajak kita untuk hidup bahagia, ya..bahagia dengan keikhlasan.. karena tak pernah ada bahagia bagi jiwa yang tidak ikhlas.. kaya ingin dipuja...shalih ingin di puji...saat di uji berkecil hati...saat berduka..jiwa putus asa... lalu dimana bahagianya??

Sahabatku, selamat menikmati hari-hari dengan jiwa ikhlas, bahagiakan diri dengan ikhlas. 

0 komentar: