Hidup bersama dengan orang tua tidaklah selamanya mulus-mulus saja. Kadang ada kerikil-kerikil kecil dalam sandal, yang
membuat langkah kita harus terhenti sejenak untuk membersihkan hati agar
berprasangka baik kepada anak maupun kepada orang tua.
Tidak selamanya pendapat kita harus sama
dengan keinginan orang tua, karena zaman yang berubah maupun kondisi lingkungan
yang berbeda. Namun Hidup dengan orang tua memang banyak nilai positifnya, kita
bisa berbagi kesenangan saat tanggal muda dengan makan bersama dengan berbagi
sebagian dari gaji yang kita peroleh, dapat memberi perhatian lebih pada orang
tua sekaligus sebagai pelindung buat orang tua di saat diperlukan dan
merawatnya tatkala sakit.
Kakak saya sebagai sales Toyota di
daerah Jawa Tengah, mungkin merupakan anak yang paling berjasa dibanding dengan
anak-anak yang lain, karena berkesempatan tinggal dengan ibu saya yang tinggal
sebatang kara. Sementara anak-anak yang lain tinggal di kota lain bersama
suami/isteri masing-masing.
Sebenarnya secara manusiawi mungkin capek,
letih menempuh jarak 100 km tiap hari dari Boyolali-Salatiga, tetapi karena
ingin berbakti kepada ibu saya, hal itu tidaklah begitu dirasakan.
Tahun demi tahun rupanya rasa letih yang
terakumulasi tersebut menjadi pertimbangan kakak saya untuk mendekati tempat
kerjanya di Salatiga. Berat rasanya, namun apa boleh buat. Pada tahun pertama
isterinya ditinggal di rumah bersama ibu, tetapi karena hidup berkeluarga
afdolnya menjadi satu, akhirnya diboyong juga ke Salatiga.
Walaupun ibu saya tinggal sendirian, beliau
tetap mendoakan untuk kebaikan kakak dan anak yang lain. Bahkan banyak doa ibu
saya yang dikabulkan sangat cepat.
Pernah suatu ketika menjelang lebaran tiba,
kakak membawakan beras 2 kantong dan ibu saya berterima kasih serta mendoakan
semoga jualan mobilnya laris. Eeeeh… terkabul hari berikutnya masih pagi-pagi
ada yang telpon pesan mobil langsung 2 kebetulah stok tersedia dan bisa
langsung dikirim. Alhamdulillah.
Memang kakak saya termasuk orang yang gemar
berbagi terutama untuk ibu, tetapi ia tidak pernah merasa rugi. Suatu saat
sepulang kerja ia berbagi bonus kepada ibu entah berapa jumlahnya. Lagi-lagi
doa ibu di bayar tunai, normalnya setiap menjual 1 mobil dapat komisi tunai
250.000, namun tidak berlaku untuk hari itu, karena seseorang membeli dengan
kredit dan menyerahkan proses pembiayaan kepada kakak, saat diminta nomor
rekening kakak saya nurut saya, dan setelah dicek ternyata mendapat kiriman 6
juta. Subhanallah.
Terakhir yang baru terjadi sepekan yang lalu,
sebelum mengikuti kontes kakak minta doa kepada ibu agar juara I, alhamdulillah
terkabul juga dan mendapat hadiah beberapa juta rupiah.
Kerikilnya ada juga lho, pernah kakak saya
diminta bantuan ibu saya tidak menurut, karena sedang letih atau gimana,
begitupun ibu saya sangat perlu bantuan kakak. Karena kesal ibu saya berkata,
“Nanti kalau jatuh tidak saya tolongin lho.” Baru satu jam kakak saya berangkat
kerja, ibu mendapat kabar bahwa kakak jatuh dari motor dan sedang dirawat di rumah
sakit. Ibu saya sangat menyesal teringat ucapan tadi pagi, dan tak henti-henti
menangis kerena khilaf. Makanya ibu-ibu janganlah berkata yang tidak baik untuk
anaknya walaupun sedang kecewa.
Bagaimanapun doa dan kasih sayang ibu adalah
sepanjang masa, karena ibu selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya, untuk itu
banyak-banyaklah berbuat baik kepada ibu, banyak bersedekah, bahagiakan Ia,
doanya sangat di dengar Allah.
Ruang Server Depkeu, 4 Desember 2006
www.hartono.co.nr
0 komentar:
Posting Komentar