RUANG IKLAN

SILAKAN BERIKLAN DI BLOG SAYA.

Ruang Iklan

Space ini bisa Anda gunakan untuk mengiklankan produk Anda

BUKU KOMPUTER AKUNTASNSI ACCURATE ONLINE

SETUP AWAL DATA BASE- INPUT TRANSAKSI-PENYAJIAN LAPOAN KEUANGAN

Senin, 21 Januari 2013

Belajar IKhlas

Sahabat, ikhlas , sebuah kata yang singkat namun mengandung berkat. Ikhlas merupakan awal dan landasan dari setiap amal. Ia, menurut ulama merupakan syarat syah diterimanya seluruh amal. Yah, amal jasmani, amal lisani, maupun amal qalbi.

SAbahat, kalau kita renungkan hidup ini, Allah telah menganugerahkan tiga potensi besar pada diri manusia (thaqah al insan), yaitu hati, aqal dan anggota badan. Ketiganya Allah anugerahkan agar kita beramal dengan ketiganya. 

Tulisan ku ini mencoba mengurai dan berbagi ikhlas dalam amal batin/qalbu kita. Amal yang  tak kelihatan namun berdampak luas pada kehidupan kita. Para ulama memberikan contoh amal batin itu seperti kesabaran, rendah hati, dan lain-lain. Bahkan ada yang menuliskan ikhlas itu termasuk amal batin/qalbi itu juga.

Sabahat, hidup ini tidak linier, seperti roda yang berputar begitu sebagian orang mengatakan. Ada lagi ungkapan apik yang saya baca di bungkus permen Fox... bukan promosi lho... . Hidup ini seperti roda yang berputar, harus kita kayuh agar dia berputar. 

Susah senang silih berganti, detik-detik kehidupan kita akan terisi dengan senyum dan air mata. Begitulah sejak dahulu kala, suka dan duka selalu bergiliran dalam hidup kita. Bahkan kadang di dalam air mata ada suka dan didalam duka ada senyum tawa. Itulah hidup. 

Menurut saya, bukan senyum atau air mata itu yang penting, tapi apa yang ada dibalik senyum dan air mata itulah yang barang kali akan membedakan kita di hadapan Nya. Apa yang membuat kita bahagia, apa yang menjadi alasan bagi kita untuk berduka.  

Sungguh indah ungkapan Baginda yang menyatakan, " sungguh ajaib orang mukmin itu, semua urusan baik baginya, jika dia mendapat nikmat, bahagia dan kesuksesan maka dia bersyukur, dan syukur itu baik baginya, dan tatkala rundungan duka nestapa menghampirinya, ia bersabar, dan sabar itu baik pula baginya."

Sabahat, ungkapan Baginda ini mengandungi bermacam tarbiyyah (pendidikan) untuk kita semua. Dalam kacamata saya, Baginda sedang mengajarkan pada kita hakikat dari suka dan luka. Bahagia dan nestapa, keduanya secara hakiki sama, Ujian dari Allah yang Esa. Keduanya adalah pemberianNya, dan pemberianNya adalah tanda cintaNya. Maka seolah Baginda ingin menyatakan, jangan kau lihat wujud dari nikmat atau ujiannya, tapi hendaklah kita fokus pada siapa yang memberikannya. Jika kita fokus pada si Pemberi yaitu Allah yang Esa, maka tiada berduka karena diri di uji dan tiada tinggi hati tatkala diri di sanjung dengan nikmat.

Sahabat, bagi saya, Baginda juga ingin mengajarkan jangan lihat penampakan atau pencitraan dari sesuatu, tapi rasakan dengan hati yang bersih dan mendalam, getaran hikmah yang dilahirkan bersamaan dengan nikmat dan ujian itu.  Jangan kehilangan orientasi, nikmat dan ujian adalah sarana bagi kita menebar kebaikan. 

Baginda sedang mengajarkan kepada kita, makna ikhlas. Ikhlas yang bermakna ... apapun kondisi kita selalu mengalirkan kebaikan ... saat dapat nikmat kita berbagi manfaat.. saat kita berduka kita berbagi doa dan belajar memiliki jiwa hamba. 

Sahabat, Baginda ingin mengajak kita untuk hidup bahagia, ya..bahagia dengan keikhlasan.. karena tak pernah ada bahagia bagi jiwa yang tidak ikhlas.. kaya ingin dipuja...shalih ingin di puji...saat di uji berkecil hati...saat berduka..jiwa putus asa... lalu dimana bahagianya??

Sahabatku, selamat menikmati hari-hari dengan jiwa ikhlas, bahagiakan diri dengan ikhlas. 

Sabtu, 19 Januari 2013

Tiga Penampakan Akhlak

Sahabat, akhlak adalah respon spontan seseorang atas sesuatu yang mengenainya. Ia adalah sesuatu yang autonomus.. tidak bisa direkasaya. Ia merupakan akumulasi internalisasi atas nilai-nilai yang diyakininya. Maka akhlak merupakan buah dari ideologi dan keyakinan. 

Bagi kita seorang muslim, yang telah mengkirarkan rodhitu billahi rabba wabil islamidiina wabil muhammadinabiya wa rasuula... maka akhlak kita mencerminkan implementasi dari ketiganya.
Bagaimana suatu akhlak itu menampakkan diirinya...

Pertama, apabila engkau berusaha sendiri dengan sungguh-sungguh tanpa merampas harta seseorang atau hak orang lain, maka usahamu adil adanya.
Kedua,  apabila engkau menemui kesulitan dalam berusaha dan dengan bersusah payah memikul beratnya bersikap terhormat dan berlaku adil, maka dengan demikian engkau telah melakukan kesabaran.
Ketiga, apabila dalam usahamu ini engkau dihadapkan dengan bahaya-bahaya, kemudian engkau tetap bersikeras untuk menerobosnya, tetapi tidak menemukan jalur yang mudah, maka engkau tergolong orang yang pemberani.

Keseluruhannya kembali kepada satu asal, yakni merupakan makna adil yang sejalan dengan keutamaan-keutamaan jiwa dan menajdi sumber kebaikan. 
(Syaikh Shaleh Syaadi dalam Ta'amulat fi kitab Madarij as Salikin li Ibn Al Qayyim al Jauziyah)

Lima Penambah Iman danKeyakinan

Ibnu Qudamah pernah meriwayatkan, bahwa Dzulqarnain pernah bertemu dengan salah satu malaikat. Lalu dia berkata,"Ajarkanlah kepadaku  suatu ilmu agar dapat menambah iman dan keyakinanku". Malaikat itu menjawab:
Pertama,  janganlah enngkau suka marah, karena syetan lebih mudah menguasai diri anak adam tatkala sedang marah.
Kedua, usirlah amarahmu dengan menahan diri dan dinginkan ia secara pelan-pelan.
Ketiga, janganlah engkau tergesa-gesa, sebab jika engkau tergesa-gesa engkau akan salah menempatkan diri.
Keempat, jadilah engkau orang yang luwes dan lemah lembut kepada orang yang dekat dan orang yang jauh, dan
Kelima, janganlah engkau menjadi orang yang keras lagi suka membangkang. 
(Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin)

Delapan Buah dari Kedengkian

Sahabat, kedengkian merupakan salah satu karakter yang menghinggapi hati insan. Ia bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja, suka atau tidak suka. Pertanyaannya adalah apa yang harus kita lakukan atau sikap seperti apa yang harus kita munculkan kala kedengkian itu menghampiri qalbu kita.

Paling tidak, kita bisa menghindari atau menghilangkan atau menetralisir kedengkian dengan memahami bahayanya.

Delapan buah kedengkian antara lain:
  1. Kedengkian itu bisa membawamu menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain, artinya engkau bersedih jika orang lain mendapat nikmat dan gembira jika orang lain mendapat penderitaan. Bahasa saya, senep lihat orang seneng dan senang lihat orang lain senep. Atau orang sering singkat SMS, Senang Melihat Susah (kesusahan orang lain). Ini termasuk perbuatan orang munafik.
  2. Engkau semakin memendam kedengkian di dalam batin sehingga engkau merasa gembira atas mushibah yang menimpa orang lain.
  3. Engkau menjauhi dan memutus orang itu sekalipun dia datang kepadamu dan mencarimu.
  4. Engkau berpaling darinya karena merendahkannya.
  5. Engkau membicarakannya dengan `dengan pembicaraam  yang tidak dibenarkan seperti dusta, ghibah,  menyebarkan rahasia, menodai harga dirinya dan lain-lain-lain.
  6. Engkau menirukannya sebagai pelecehan dan penghinaan terhadapnya,
  7. Engkau menyakitinya dengan memukul dan hal yang menyakiti badannya, dan
  8. Engkau menghalangi haknya seperti pembayaran utang dan silaturahim.
Semuanya ini adalah haram (Imam al Ghazali). Semoga Allah menolong kita agar terhindar dari kedengkian baik memiliki sifat dengki maupun dari kedengkian orang lain.

Doa yang selalu kita panjatkan agar jauh dari kedengkian:
"Rabbanaghfirlana walikhwaninalladzina sabaqunabil iman wala taj'al fi quluubina ghilalilladzina amanu. Rabbana innaka roufur rahiim. "
Doa kita agar di jauhkan dari orang yang dengki, seperti dalam QS Al Falaq:
"Qul a'udzu birabbil falaq..wamin syarri hasidin idza hasad".

Sahabat, hidup ini terlalu naif jika di isi dengan kedengkian. Saling mendengki akan menjauhkan ketenangan, apalah artinya hidup tanpa ketenangan. Selamat berjuang menghapus dengki. 

Tips dari Nabi agar kita saling dekat dan saling mencintai adalah tebarkan salam dan saling berbagi hadiah... terimalah salam dari saya , "Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh...."  Kalau hadiahnya..tulisan di blog ini saya hadiahkan untuk sahabat semua. He..he..

Jumat, 18 Januari 2013

Tentukan Posisi Perjuangan Anda

Ruang lingkup perjuangan memang luas. Selauas warna warni kehidupan ini. Puncak tertinggi dari perjuangan adalah jihad. Sedang jihad sendiri merupakan puncak dari  seluruh punuk-punuk Islam.

Kata jihad, makna aslinya memang berperan di medan laga. Tetapi, para ulama menegaskan perjuangan lain di luar medan perang pun bisa dikategorikan jihad. Seperti berjuang dengan harta, dengan lisan, dengan ilmu, dan masih banyak lagi lainnya. Imam Ibnu Taymiyah mengatakan, " Barangsiapa yang tidak mampu berjihad dengan badannya, maka hendaklah berjihad dengan hartanya". 

Bahkan terkadang, suatu kebaikan dinilai keunggulan karena fungsinya, terkait dengan waktu tertentu atau kebutuhan tertentu. Seperti kisah Imam Ahmad yang suatu hari ditanya, "Manakah yang lebih sukai, orang yang shalat, berpuasa, melakukan  i'tikaf, atau orang yang memerangi pengacau agama?" Imam Ahmad menjawab, "Yang berpuasa dan beri'tikaf itu sesungguhnya untuk dirinya sendiri. Maka kalau dia berbicara tentang orang-orang yang menebarkan kerancuan tentang Islam, maka itu manfaatnya bagi kaum muslimin."

Jawaban Imam Ahmad tersebut, menurut Imam Ibnu Taymiyah, menegaskan bahwa adanya suatu manfaat bagi kaum muslimin secara lebih luas adalah termasuk jihad fi sabilillah. Ia menambahkan, "Kalaulah tidak ada orang-orang yang ditegakkan Allah untuk menguak para dusta para pengacau itu, niscaya agama ini akan rusak. DAn itu lebih buruk akibatnya daripada kerusakan akibat dikuasai musuh.  Karena, para musuh itu bila menguasai sebuah negeri, tidak merusak hati para penduduknya kecuali sebagai ekses. Tetapi para pengacau yang menebarkan keraguan dalam agama itu menguasai dan merusak hati sebagai tujuan utama". 

Maka dalam belantara jihad yang beragam itu, setiap orang bisa menjadi pejuang. Untuk setiap kemampuan, ada tempatnya masing-masing. Tetapi keseluruhannya bsia berada dalam satu kesatuan: kesatuan perjuangan.
Setidaknya ada empat bentuk peran perjuangan yang bisa dipilih oleh setiap muslim, sesuai dengan kemampuan maksimal yang bisa dia usahakan. 

1. Menjadi Pemeran Utama
  • Dalam peran ini, seseorang muslim memberikan saham begitu banyak kepada berbagai investasi amal kebajikan. Kadang ia menjadi yang pertama, kadang ia menjadi yang utama. Muslim tipe ini selalu terdepan dalam kebaikan. Tiada suatu kebaikan kecuali dia menjaadi pelaku utamanya. Hati nya tertaut dan telah merasakan kelezatan dalam melakukan kebajikan. 
  • Peran ini bisa dimainkan oleh siapa saja, profesi apa saja, petani, pedangan, karyawan, pejabat, politikus, penuntut ilmu atau apa saja. DAlam setiap ruang yang bisa kita jangkau itu, kita bisa menjadi pemeran utama dari seluruh proses perjuangan hidup ini.
  • Barangkali, sahabat Nabi SAW, Abu Bakar As Shidiq menjadi contoh aktual dalam hal ini. Perhatikan bagaimana suatu hari, saat Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, "Siapakah  yang hari ini puasa diantara kalian? Abu Bakar menjawab,"Saya ya rasulullah". Nabi bertanya lagi,"siapa yang hari ini memberi makan orang miskin?" Abu Bakar menjawab, "saya ya rasulullah". Nabi bertanya lagi,, "siapakah yang hari ini menjenguk orang sakit?" Abu Bakar menjawab lagi, "saya ya rasulullah?" Akhirnya Rasulullah mengatakan "Barangsiapa yang didalamnya berkumpul amal-amal itu niscaya akan masuk surga".  
  • Abu Bakar menjadi teladan bagi kita untuk melakukan tarbiyah dzatiyah, membangun kemandirian dalam beramal. Menjadi pelopor kebaikan, menjadi pilar kebaikan. 
2. Menjadi Pemain Kedua
  • Dalam peran ini dengan izin Allah seseorang diperkenankan menjadi orang kedua. Pengertiannya, bahwa orang dengnan tipe seperti ini hidup di tengah ruang beramal dimana ada orang lain yang lebih baik darinya. Dalam setiap amal selalu ada orang nomor satu dan selalu ada orang nomor dua. Terlepas apakah selisih jarak antara kedua orang itu pendek atau panjang, dari segi kualitas, usia, atau apa saja. Dalam berbagai kepentingan, adanya pemain kedua justru sangat penting sebagai pendamping dari pemain pertama, sekaligus untuk menjaga keseimbangan.
  • Barangkali peran yang dimainkan Umar bin Khatab dan Abu Bakar As Shidiq, merupakan refleksi dari pemain pertama dan kedua, dimana umar bin khatab selalu ingin menjadi orang yang melebihi Abu Bakar, namun seperti yang Umar bin Khatab nyatakan sendiri, "tak  pernah aku bisa menyamai Abu Bakar"
3. Menjadi Pemain Pendukung
  • Dalam perjuangan apapun, pemain pendukung tidak kalah penting dari pemain utama maupun kedua. Pada tipe ketiga ini, seseorang memberi kontribusinya bagi berbagai macam amal kebaikan, tetapi ia bukan sebagai orang pertama maupun kedua.  Atau bisa juga ia tidak berada dalam posisi strategis ataupun punya otoritas. Tetapi timbangan amal di sisi Allah tak sedikitpun keliru. Bahwa siapa saja yang menanam kebaikan pasti akan menuainya. 
  • Kita bisa jadi tidak dapat menjadi pemain pertama atau kedua, namun dalam berbagai kesempatan kita bisa menjadi pemain  pendukung, dari sebuah proyek raksasa yang bernama gerakan perbaikan. Apapun bentuknya, dimanapun kita berada.
4. Menjadi "Penonton"yang Aktif

  • Kadang orang memiliki semangat untuk melakukan kebaikan, namun pada saat yang sama mereka memiliki berjuta keterbatasan. Mereka telah berusaha secara maksimal mengeluarkan seluruh kemampuannya namun tetap saja ia tidak dapat berbuat banyak. Namun dilingkup keterbatasannya ia tetap mengalirkan kebaikan. Tasbih, zikir, takbir, tahmid selalu mengalir dari lisannya. Ditengah keterbatasannya ia memancarkan kebaikan. Bisa dikatakan jika engkau tidak mampu memberikan kebaikan, maka hendaklah jangan mendatangkan keburukan.

LIMA SEBAB HATI MENJADI BERCAHAYA

Kesedihan bisa mempengaruhi suasana hati. Sementara hati akan menjadi pekat kalau selalu dirundung kesedihan karena meratapi hilangnya dunia. Namun sebaliknya, kalau kesedihan itu karena meratapi sesuatu yang hilang dari urusan ukhrawi akan menyebabkan hati menjadi tenang dan tentram. 
Maka ketahuilah bahwa:
Pertama; hati akan bersinar dengan kesedihan karena menyesal atas habisnya umur yang sia-sia tanpa amal yang bermanfaat.
Kedua, hati akan bersinar dengan kesedihan karena menyesal atas maksiat yang telah dikerjakan, sehingga hati menjadi takut kalau hal itu akan menghalangi diri dari masuk surga.
Ketiga, hati akan bersinar dengan kesedihan karena menyesal atas tindakan menyia-nyiakan hukum Allah dengan mengambil hukum-hukum buatan manusia.
Keempat, hati akan bersinar dengan kesedihan karena  menyesal atas terhinanya kaum muslimin karena mereka telah dikuasai oleh orang-orang kafir.
Kelima, hati akan bersinar dengan kesedihan karena  menyesal atas perpecahan yang terjadi diantara para ulama, du'at, karena egoisme mereka yang hanya sibuk denga urusan pribadi daripada memikirkan tujuan dakwah yang lebih utama.
(Abdul Hamid al-Bilali, Manhaj Tabi'in fi Tarbiyah An Nafs)

Kamis, 17 Januari 2013

TUGAS DAN SOAL UJIAN MATA KULIAH AGAMA ISLAM : AKPARTA

MATA UJIAN: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN : JOKO PRAMONO,S.Pd.,M.Pd.

Soal Ujian Akhir Semeter (Task Home Exam)

  1. Jelaskan konsep akhlak, etika dan moral dalam pandangan Islam.?
  2. Jelaskan kerangka dasar ajaran islam?
  3. Saat ini banyak kalangan liberal mengatakan bahwa Islam melakukan diskriminasi terhadap perempuan. Hal ini misalnya terkait dengan masalah hijab dan pembagian warisan. Jelaskan pandangan Anda terkait dengan hal ini. Jelaskan sumber yang mendukunng pendapat Anda?
  4. Jelaskan kedudukan politik dalam Islam? Ada ungkapan yang menyatakan " Islam yes, Politik no", jelaskan pandangan Anda dan berikan rujukan/referensi yang mendukung pendapat Anda.
  5. Bukalah Al quran surat An nuur ayat 3. Tuliskan dan jelaskan tanggapan Anda terkait hal implementasi ayat ini dalam kehidupan.
  6. Islam adalah agama yang syamil (lengkap dan menyeluruh). Lalu hubungkan dengan qur'an surat al baqarah ayat 208. Bagaimana tanggapan Anda dan apa yang akan anda lakukan untuk mengamalkan ayat tersebut?
  7. Tuliskan visi misi anda, jika Anda kelak berkeluarga. Bentuk keluarga seperti apa yang akan Anda idamkan dan Anda gapai. Lalu jelaskan langkah Anda untuk mencapainya.
  8. Islam tidak mengenal istilah pacaran. Jelaskan pandangan Anda terkait dengan statement tersebut dan berikan sumber yang mendukung pndapat Anda. 
  9. Jelaskan karakteristik keluarga sakinah, suami yang shalih dan istri yang shalihah?
  10. Jelaskan peran keluarga islam dalam membentuk masyarakat yang baik/Islami?


Tugas Meresume Buku Rijalud Daulah

Bagian  Kata Pengantar: Membangun Masyarakat Madani:  Edi S
Bab I : Mukadimah: Eka Agus
Bab 2 : Hakikat Politik : Melisa
Bab 3 : A dan B. Halaman 33-105 : Tri AGung
Bab 3 : C , D dan E : halaman 111-179 : Nurike
Bab 4: halaman 181-230 : Sri Rahayu
Bab 5 : halaman 233-249 : Henri S
Bab 6 : A dab B halaman 253-263  : Ratih 
Bab 6 : C halaman 266-303 : Dyah Ayu

Tugas dan Jawaban di ketik dengan baik, dan dikumpulkan paling lambat tanggal 29 Januari 2013 baik berupa hard copy maupun soft copy. Soft copy silakan di kirim ke email saya : joko_pramono77@yahoo.com 
Jangan lupa tugas pribadi yang ada di dalam silabus juga dikumpulkan (berupa hard copy).
Selamat mengerjakan, jika ada kurang jelas silakan sms atau via email. Semoga Allah memberkahi kita semua.

Ketika malas..... datang


Malas, hampir tiap orang pernah merasakannya. “Penyakit” ini membuat seseorang enggan melakukan berbagai aktivitas, seperti bekerja, beribadah, menuntut ilmu, dan sebagainya. Tentu, kerugian pun akan dituai, ketika seseorang selalu mengikuti dan memanjakan rasa malasnya. Malas bekerja, akan menjadikan jauh dari rezeki. Malas beribadah, menjauhkan diri dari pahala dan surga-Nya. Malas menuntut ilmu atau belajar agama, akan berbuah kebodohan. Padahal ilmu agama harus senantiasa dipelajari dan dipahami, karena agamalah yang akan menjadi pedoman hidup kita agar bisa meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Malas Beribadah

Jika hanya mengikuti hawa nafsu, kita memang lebih suka bersantai-santai. Pun dalam soal ibadah. Untuk melakukan shalat lima waktu saja, terkadang kita ogah-ogahan, apalagi untuk qiyamullail, di saat udara begitu dingin.
Memang grafik keimanan seseorang itu bisa naik dan turun. Ketika grafik keimanan turun itulah, biasanya rasa malas beribadah lebih sering kita alami. Agar lebih bersemangat lagi dalam beribadah, berikut ini ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan:
1. Ingat mati. Kita semua pasti akan mati, dan memerlukan bekal untuk sebuah perjalanan yang panjang. Jika sekarang kita tak menggunakan waktu kita untuk banyak beribadah, maka kita akan rugi, karena bekal kita nanti sangat sedikit.
2. Bacalah Al Quran dan as-Sunnah serta terjemahannya, khususnya ayat-ayat yang berisikan janji-janji Allah – ta’ala – bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. Bila kita hayati, insya Allah ayat-ayat tersebut bisa mengembalikan semangat ibadah kita.
3. Bacalah shirah nabawiyah maupun kisah para sahabat dan para pahlawan Islam. Mereka rela mempertaruhkan harta dan jiwa mereka demi kemuliaan Allah – ta’ala – dan Rasul-Nya. Coba bandingkan keadaan dan perjuangan mereka, dengan keadaan kita saat ini. Tidakkah kita malu, jika berjuang melawan malas saja tak mampu?
4. Kunjungi dan mintalah nasihat kepada orang-orang yang Anda anggap mampu untuk memberikan semangat dan nasihat kepada Anda.
5. Lakukanlah refreshing untuk menghilangkan kejenuhan. Misalnya dengan rihlah ke tempat-tempat yang indah pemandangan alamnya. Buatlah diri  Anda rileks. Nikmati pemandangan alam itu, dan ingatlah siapa penciptanya. Sebelum pulang, berjanjilah dalam hati, sekembalinya dari rihlah ini, Anda akan lebih semangat dalam ibadah dan mensyukuri nikmat-Nya.
6. Bila semua cara di atas tak berhasil melibas rasa malas, ada cara terakhir yang bisa dilakukan: paksakan diri saja! Misalnya ketika Anda sedang malas shalat berjamaah ke masjid, ya paksakan saja! Demikian pula ketika malas shalat malam. Awalnya kita mungkin akan merasa berat dan terpaksa, tapi lama-lama insya Allah kita akan bisa menikmatinya dan melakukannya dengan senang hati.

Malas Bekerja

Pada sebuah kesempatan, Syekh Masyhur Hasan Salman hafizhahullah (salah seorang murid dari Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani – rahimahullah -) ditanya, “Ada seorang pemuda, ia mampu bekerja tapi enggan bekerja. Bagaimana pendapat Anda?”
Maka berikut ini ringkasan jawaban beliau: pendapatku sama dengan pendapat Ibnu Mas’ud – radhiyallahu ‘anhu -, “melihat seorang pemuda, ia membuatku kagum. Lalu aku bertanya kepada orang-orang mengenai pekerjaannya. Mereka mengatakan bahwa ia tidak bekerja. Seketika itu pemuda tersebut jatuh martabatnya di mataku.”
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – bersabda, “Seseorang itu sudah cukup dikatakan sebagai pendosa jika ia menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya.”
Jika seseorang duduk di masjid menyibukkan diri dalam urusan agama, menuntut ilmu agama atau beribadah namun menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya, ia adalah seorang pendosa. Ia tidak paham bahwa bekerja untuk menjaga iffah dirinya, istrinya dan anak-anaknya adalah ibadah.
al-Baihaqi dalam kitabnya, Syu’abul Iman, membawakan sebuah riwayat dari Umar – radhiyallahu ‘anhu -, “Wahai para pembaca Al Quran (yaitu ahli ibadah), angkatlah kepada kalian, sehingga teranglah jalan. Lalu berlombalah dalam kebaikan. Dan janganlah menjadi beban bagi kaum muslimin.”
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – juga berdoa,
اللهم إني أعوذ بك من الكفر والفقر
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran.”
Maka wajib bagi setiap muslim untuk bekerja, berusaha, bersungguh-sungguh dan tidak menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya. Orang yang hanya duduk diam, ia bukanlah mutawakkil (orang yang tawakal), melainkan ia adalah mutawaakil (orang yang pura-pura tawakal). Ini adalah kemalasan.
Manusia diciptakan di dunia agar mereka dapat bekerja, berusaha dan bersungguh-sungguh. Para nabi pun bekerja, Abu Bakar – radhiyallahu ‘anhu – pun berdagang. Orang yang berpendirian bahwa duduk diam tanpa bekerja adalah tawakal, kemungkinan pertama ia memiliki pemahaman agama yang salah,   kemungkinan kedua ia adalah orang malas yang gemar mempercayakan urusannya pada orang lain.
Kepada orang yang demikian kami nasihatkan, perbaikilah niat Anda dan carilah penghasilan yang halal, bertakwalah kepada Allah dan tetap berada dalam ketaatan. Bersemangatlah untuk menghadiri perkumpulan penuntut ilmu dan menghadiri majelis ilmu dengan tanpa menelantarkan orang yang menjadi tanggungan Anda. Orang yang inginnya meminta-meminta dari orang lain, Allah akan membukakan baginya pintu kefakiran. Orang yang bekerja, dialah orang yang kaya. Karena kekayaan hakiki bukanlah harta, melainkan kekayaan jiwa. Orang yang kaya jiwanya tidak gemar meminta-minta kepada orang lain. (Diringkas dari Fatawa Syaikh Masyhur Hasan Salman)

Malas Menuntut Ilmu

Dari Ibnu Abbas – radhiyallahu ‘anhu -, Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – bersabda, “Semua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (Riwayat Bukhari dan lainnya)
Banyak di antara manusia yang tidak menggunakan waktu sehat dan waktu luangnya dengan sebaik-baiknya, misalnya untuk belajar Islam atau menimba ilmu syar’i. Padahal malas menuntut ilmu syar’i akan membuahkan kebodohan. Bodoh dalam agama sangat berbahaya.
Yang paling membahayakan, menyebabkan seseorang tidak mengetahui mana yang halal dan yang haram, mana perintah dan larangan. Terkadang, mereka mengerjakan sesuatu yang haram, namun mereka menyangka itu justru amal ibadah untuk mendekatkan diri pada Allah – ta’ala -. Mereka beragama atas dasar ikut-ikutan saja.
Orang yang malas menuntut ilmu syar’i, tidak mau mendengar dan memahami Al Quran dan sunnah, dan menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Demikianlah sebagaimana firman Allah – ta’ala -,
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (al-Furqan: 43-44)
Bahkan kebodohan itu bisa  mengantarkan ke neraka, sebagaimana firman-Nya,
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti  binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (al-A’raf: 179)
Dengan mengetahui bahaya bodoh dalam agama, tentu kita harus bisa menebas rasa malas menuntut ilmu. Selain itu, saat ini ilmu semakin mudah kita dapatkan, tidak hanya melalui kajian langsung, tapi juga lewat VCD, radio, buku-buku, majalah, dan sebagainya.
Terakhir, mari kita selalu berlindung kepada Allah – ta’ala – dari sifat lemah dan malas.
Ada satu doa yang diajarkan nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam -, yang selalu beliau wiridkan dua kali sehari, di saat pagi dan sore. Doa itu adalah:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan duka, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir dan penakut, aku berlindung kepada-Mu dari beban utang dan penindasan orang.” (***)
Sumber: Rubrik Lentera, Majalah Nikah Sakinah Vol. 10 No. 5

Keluarga Sakinah itu....

Keluarga sakinah itu keluarga yang bahagia dunia dan akhirat karena setiap anggota keluarganya menikmati ketaatannya kepada Allah, saling cinta, saling berbagi, saling berlomba untuk membahagiakan dan saling mendoakan. 


Alqur'an dan Sunnah landasannya, bacaan Alqur'an terdengar disetiap magrib dan subuh, kajian keluarga setiap pekan, tahajjud dan dhuha pun terjaga, setiap berjumpa selesai sholat, kajian dan bepergian, mereka saling peluk cium, ikhtiarnya pada rizki yang halal dan mereka pun mempersiapan generasi keluarganya untuk menjadi generasi dakwah, dan semuanya rindu ridho dan syurga Allah. 

Inilah yang disebut Imam Ghazali, "Al Jannah qoblal Jannah" rumah tangga Syurga sebelum Syurga sebenarnya. 

Kutulis hikmah ini setibaku di Pasaman Timur setelah perjalanan selama tiga jam lewat darat dari Padang Sumatera Barat. 

Lelahku terasa nikmat setelah menulis hikmah ini untuk kalian sahabatku tercinta...  

Semoga Allah terus menerus memperbaiki keadaan keluarga kita... Aamiin.
Kriteria Suami yang Shalih
Sahabatku, semua wanita pasti mendambakan suami yang sholeh, lalu apa saja kriteria?  Inilah diantara kriteria suami yang sholeh:
  1. Imam teladan dalam ketaqwaan, bukan hanya dicintai tetapi dihormati dan ditaatioleh istri dan anak anak
  2. Sangat kuat ibadahnya, seperti selalu berjamaah di masjd, membangunkan keluarganya untuk sholat malam, tadabburul Qur'an, tak pernah absen sholat dhuha, dan sebagainya
  3. Guru bagi keluarga, menjadwalkan serius dan rutin untuk pembinaan keluarganya
  4. Mencukupkan keluarganya dengan rizki yang halal
  5. Berakhlak mulia, penuh kasih sayang, rendah hati dan mesra dalam keluarga, "Gaulilah keluargamu dengan akhlak mulia " (QS 4:19). Rasulullah bersabda, "Sebaik baik kalian yang bersikap terbaik pada keluarga kalian, dan aku adalah bersikap terbaik pada keluargaku"
  6. Meringankan beban istri, seperti Rasulullah menjahit pakaian sendiri, memperbaiki sepatu sendiri dan memerah susu sendiri
  7. Mendengar dan menghargai pendapat istrinya
  8. Memanggil istri dengan panggilan manja, "Duhai bidadariku dunia akhirat"
  9. Tidak malu minta maaf kalau memang salah
  10. Membentengi keberkahan keluarga dengan sedekah dan mengasuh yatim
  11. Mempersiapkan anak-anaknya untuk menjadi generasi pewaris para Nabi
  12. Sering memberi ciuman dan hadiah kejutan
  13. Mengajak keluarga duduk di Majlis Ilmu dan bersilaturahim dengan ulama
  14. Kuat doanya untuk keluarga dan umat Rasulullah. "Duhai Robb kami, anugerahkanlah kami isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang yang bertakwa” (QS 25:74) 
Inilah diantara kriteria istri sholehah
1)     Sangat damai hidup bersamanya karena ketaatannya kepada Allah (QS 4:34)
2)     Kalau ditatap selalu menyenangkan
3)     Tidak membantah jika diperintah suaminya dalam kebaikan dan Syariat Allah
4)     Pandai menjaga kehormatan dan harta suaminya. Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik istri sholehah adalah jika ditatap menyenangkan, bila diperintah taat, dan jika suaminya pergi pandai menjaga kehormatan dan harta suaminya" (HR Abu Daud)
5)     Mulia sekali karena terjaga kehormatan dan tertutup auratnya (QS 33:59)
6)     Bukan hanya sabar bahkan rela berkorban untuk suaminya
7)     "Gholimah" pandai merawat tubuhnya dan sangat aktif melayani suaminya
8)     Bersyukur atas nikmat Allah dengan terus membangkitkan semangat suami dan tidak menuntut diluar batas kemampuan suaminya
9)     Menyayangi dan menghormati keluarga suaminya
10)  Tidak keluar rumah tanpa seizin suaminya
11)  Menyertakan suaminya dalam doanya, terutama dipenghujung malam
12)  Penuh perhatian saat suami bicara disertai tatapan cinta
13)  Hadiah kecil tetapi sangat membahagiakan suami, tatkala istri menciumnya disertai bisikan, "Adek bangga menjadi istrimu, kak"

SubhanAllah indaaaaaaaaah sahabatku, makasih ya Allah.


Tenang dalam Bersikap

Saudaraku yang baik, ketenangan menjadi sesuatu yang dibutuhkan setiap orang. Terutama ketika sedang menghadapi masalah atau saat hendak mengambil keputusan. Orang yang tenang tidak pernah galau, panik tergesa-gesa, tidak emosional, tidak overacting. Orang tenang akan bisa menerima informasi lebih banyak, hingga dia bisa lebih memahami. Sedangkan orang yang emosional pendek kemampuan memahaminya, akibatnya kalau merespon akan tidak bagus karena keterbatasan pemahamannya.
Ketenangan pun akan membawa kewibawaan, atau karisma tersendiri bagi pemiliknya. Ia akan disegani oleh teman dan lingkungannya. Sebaliknya, orang yang overacting tidak akan memiliki kharisma. Terutama, kepada para calon pemimpin dalam skala apapun, ia harus berlatih mengendalikan diri, tetap tenang dalam kondisi bagaimanapun sulitnya. Dan, tenang bukan berarti lamban. Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling tenang, tetapi berjalannya sangat gesit. Karena ketenangan tidak ada kaitannya dengan waktu, melainkan dengan pengendalian diri, artinya dia tetap gesit, tangkas tidak ada gurau berlebih, atau berteriak-teriak. Pribadi yang kalem senyum berukir jernih, tidak pula banyak bicara kalau memang tidak perlu bicara. Akibatnya, orang yang tenang mendapat ilmu yang lebih banyak, mendapatkan kemampuan memilih keputusan lebih baik.
Namun, ketenangan harus diupayakan agar tidak berujung menjadi sombong. Cirinya adalah ketika ia tidak peduli kepada orang lain. Dia diam tapi tidak mau mendengarkan. Malah mungkin asyik melakukan kegiatan yang lain (saat orang lain berbicara padanya). Atau, ada orang yang diam karena dia tengah memikirkan bantahan kepada orang lain, bukannya mengemas manfaat dari pembicaraan yang didengarnya.
Sehingga, tenangya kita responsif, tidak justru pelit. Reponsif seseorang memang bisa dipengaruhi oleh banyaknya keinginan, demografi (asal tempat menetapnya), lingkungan, tekanan kesulitan. Namun itu bisa diubah kalau memang ingin berubah. Nabi Muhammad SAW sendiri tertawa bila orang lain tengah melucu. Demikian pula bagi seorang pemimpin, keputusan terbaik adalah ketika ia memang memiliki akses informasi lengkap. Makin lengkap informasi makin akurat keputusannya. Dan informasi itu sendiri tidak boleh diambil hanya dari satu pihak. Kita harus belajar dari kedua belah pihak, baru mengambil keputusan. Dan yang harus kita sadari adalah tidak ada keputusan tanpa resiko, semua keputusan ada resikonya. Kita hanya perlu menghitung resiko yang paling minimal. Wallahu a`lam.

MAKNA CINTA

Suami saya adalah seorang yang sederhana, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
"Mengapa?", tanya suami saya dengan terkejut.
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan," jawab saya.
Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu?"

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,"Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya :
"Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yg ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok." Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan ......
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya.
Saya melanjutkan untuk membacanya.
"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ’teman baik kamu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal."
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ’aneh’. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."

"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."

"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."
"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir.

"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu."
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.
"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya.

Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."
"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia."
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.
Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".

MENGHINDARI MASKSIAT

Semoga Allah Yang Maha Mendengar, Maha Menatap mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk mengendalikan diri karena ternyata masalah yang besar bagi kita adalah kadang-kadang kita kalah oleh nafsu kita sendiri.

Kita adalah manusia biasa yang punya peluang berbuat dosa tetapi tentu saja bukan berarti kita harus kalah, kita akan jatuh bangun tetapi tidak boleh kita terus menerus jatuh, apalagi masuk ke dalam lubang yang sama.

Ada beberapa teknik yang mudah-mudahan bisa menjadi bahan bagi kita untuk mengendalikan diri supaya kita tidak tergelincir dalam perbuatan dosa :

Teknik yang pertama dan paling potensial adalah dengan mengingat kematian, kita semua mungkin masih ingat tentang sebuah kasus yang diberitakan beberapa media baru-baru ini, yaitu tentang seorang petinggi yang meninggal di sebuah hotel bersama seorang wanita yang bukan muhrim, kemudian ada beberapa juga nama yang dikenal meninggal dalam pelukan wanita yang tidak halal.

Artinya dengan mengingat kematian itu adalah merupakan salah satu teknik untuk membuat kita tercegah dari perbuatan maksiat, karena ternyata andaikata kita mati ketika sedang berbuat maksiat, Naudzubillahi min dzalik, alangkah aibnya mati dalam keadaan seperti itu, istri dan anak-anaknya akan menanggung aib, orang tua akan terpukul, institusi juga ikut tercemar, begitu banyak dampak negatif yang diakibatkannya, dan tentu saja mati ketika berbuat maksiat merupakan mati kehinaan, mati yang tidak terhormat.

Dulu ada sebuah cerita di suatu tempat tentang seorang bapak yang sudah lanjut yang menonton film yang tidak baik di sebuah bioskop dan akhirnya bioskop tersebut terbakar, banyak sekali contoh yang dapat kita saksikan tentang orang-orang yang meninggal ketika sedang berbuat maksiat; ada yang mati dalam keadaan mencuri, ada yang mati dalam bergelimang harta haram, ada yang mati di tempat zina, itu semua mati yang kelihatannya su’ul khotimah karena mengakhiri hidupnya dengan kegiatan yang buruk, Naudzubillahi min dzalik.

Maka andaikata kita berkeinginan berbuat maksiat, Naudzubillahi min dzalik, kita harus ingat karena jangan-jangan kita mati di tempat maksiat, ini akan jadi aib yang akan tersebar kemana-mana. Maka hati-hatilah saudaraku dengan memperbanyak ingat mati Insya Allah akan membuat kita mempunyai rem yang lebih efektif dalam mencegah diri dari berbuat maksiat.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan Menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. 63 ; 11)

Teknik yang kedua adalah dengan membayangkan bagaimana jika Allah membeberkan aib kita, karena ternyata aib itu tidak bisa disembunyikan, karena tidak ada satupun yang dapat menghalangi jika Allah akan membeberkan apa yang Dia kehendaki, mati-matian kita dengan rencana yang matang untuk menutupi aib, tidak akan dapat menghalangi kalau Allah mau membeberkan diri kita termasuk maksiat yang kita lakukan. Maksiat yang diperbuat mudah bagi Allah untuk menjelaskannya kepada siapapun. Oleh karena itu ketakutan kita akan dibeberkan aib kita oleh Allah akan membuat kita seharusnya tercegah dari perbuatan maksiat.


Pernah suatu ketika ada seseorang yang memiliki keinginan untuk berzina, berbicara kepada Rasullulah SAW “Ya Rasul saya ingin zina “, lalu sebagian sahabat yang hadir kontan seketika itu marah, tetapi Rasulullah tetap bersikap tenang, kemudian beliau mengajukan beberapa pertanyaan “bagaimana jika ibumu dzjinahi ?, orang itu langsung marah, lalu Rasul bertanya kembali “bagaimana jika anak-anak perempuanmu ada yang menzinahi ? : bagaimana kalau ada saudara perempuanmu ada yang menzinahi ? setelah itu Rasulullah mendoakan orang tersebut sambil diusap dadanya dan orang yang mempunyai keinginan berjina itupun berkata” kalau sebelumnya saya sangat ingin zina maka sekarang saya sangat tidak ingin berzina!

Ini sebuah teknik yang luar biasa sekali yang diajarkan Rasulullah, yaitu dengan membayangkan bagaimana” andaikata hal maksiat itu menimpa saudara kita sendiri.Misalkan ada seorang laki-laki yang berselingkuh kepada istri orang lain, salah satu cara untuk menghentikannnya adalah dengan membayangkan bagaimana jika istri kita diselingkuhi, perasaan kita seperti apa? Naudzubillahi min dzalik, lalu bagaimana jika anak kita diselingkuhi ?, Naudzubillah. Jadi kalau kita memiliki keinginan seperti pemuda tadi yang ingin” berzina, bayangkanlah jika istri kita dizinahi, anak perempuan kita dizinahi, pasti kita akan sangat marah.

Maka dengan bersikap seperti teknik diatas akan menjadi sebuah energi untuk menghentikan niat buruk kita, kalau kita ingin mengambil hak orang lain bayangkanlah jika hak kita diambil.Kalau kita berbuat tidak baik kepada orang lain, bayangkanlah kalau hal itu menimpa diri kita, menimpa keluarga kita, menimpa anak-anak kita, pasti kita tidak akan mau, maka orang lain pun pasti tidak mau dengan perbuatan kita itu, kemurkaannya merupakan upaya untuk mencegah kita dari berbuat maksiat.

Jika kita tidak ingin dihina karena dihina itu tidak enak, maka kita jangan menghina orang lain, memang butuh waktu untuk latihan” mengendalikan diri, mengendalikan seni berpikir agar pikiran kita menjadi pikiran yang dapat mengerem, tapi kalau tidak dilatih akan lewat begitu saja dan kembali mengulang-ulang maksiat yang kita lakukan, Naudzubillahi min dzalik.

Untuk mencegah dari berbuat maksiat maka kita harus memperbanyak dzikir, dan memperkuat ibadah, shalat harus terus diperbaiki, tahajud dilakukan dengan lebih baik dan shaum dipertahankan, karena jika dzikir kita lemah maka nafsu yang akan bertambah, jika dzikir kita lemah maka amarah dan syahwatlah yang akan meningkat.
Itulah beberapa trik sederhana yang mudah-mudahan akan membuat kita lebih dekat dengan rem yang akan mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar. Wallahu alam.

PERJALANAN REMAJA


Berapa kali Anda mendengar orang berkata, "Masa remaja sangat menyiksa"? atau, "Tunggu sampai anakmu remaja. Mengerikan." Kita langsung percaya saja pada konsepsi keliru mengenai tahap kehidupan ini. Kita pun percaya saja bahwa saat anak kita menginjak usia remaja, kita pasti akan kesulitan. Bagaimana kalau kita mengubah cara berpikir kita? 

Bagaimana jika, bukannya memercayai, dan kemudian menciptakan situasi yang menakutkan itu, kita mengubah keyakinan populer tersebut? Sebagai gantinya kita katakan saja, "Anak remaja saya yang cemerlang selalu penuh harapan, energi, kegembiraan, dan saya menerimanya seutuhnya. Kami menjalin hubungan yang sangat menyenangkan."

Pikirkan tentang semua sifat yang Anda sukai dalam diri anak Anda; dan katakan kepadanya sifat-sifat apa itu. Buat daftar saat indah yang kalian nikmati bersama dan betapa berartinya itu bagi Anda. Setiap kali Anda membayangkan anak remaja Anda secara negatif, format ulang bayangan itu. Gunakan peneguhan seperti, "Saya merelakan dan menyerahkan kepada Tuhan agar membimbing anak saya tercinta untuk meraih segala kebaikan. Dia merupakan perwujudan cahaya Tuhan yang paling sempurna." Bukan berarti Anda memberinya kebebasan dengan begitu saja dan tidak mau tahu akibatnya-melainkan Anda hendaknya menyingkirkan setiap perilaku yang tidak menarik dan merengkuh esensi anak remaja Anda.

Cobalah membayangkan seperti apa kehidupan putri atau putra Anda. Buatlah gambaran sejelas mungkin. Sediakan waktu dan isilah semua detailnya. Seperti apa kelihatannya? Anda bahkan bisa melakukan ini bersama-sama. Sediakan waktu pada malam hari untuk mengumpulkan semua jenis majalah di meja dapur. Proyek kesenian pasti akan bisa mengubah remaja yang paling cuek pun menjadi anak yang penuh semangat. Cari gunting, lem, dan papan poster. Potonglah gambar-gambar yang melukiskan impian hidup kalian dan ciptakan "papan citra" kalian sendiri. Potonglah papan itu menjadi bagian-bagian yang menggambarkan berbagai aspek hidup kalian. Gadis remaja Anda mungkin ragu-ragu pada awainya, tetapi kebanyakan anak akan sangat menyukai proyek semacam ini. Gantung papan yang sudah selesai di tempat yang kalian dapat melihatnya setiap hari. Jangan lupa menggunting kata-kata yang dapat melukiskan diri kalian-"dinamis", "bahagia", "damai’’.

Mungkin akan sulit, tetapi cobalah untuk tidak mengatur perasaan anak remaja Anda. "Kau tengah mengalami tahap yang sulit. Ibu mengalaminya juga saat remaja dan semua itu disebabkan oleh hormon." Tidak ada yang tahu persis bagaimana perasaan orang lain, dan remaja pasti mengira bahwa mereka mengenal emosi mereka sendiri dengan pasti. Ingatlah bahwa kalian masing-masing adalah makhluk spiritual yang tengah menjalani pengalaman sebagai manusia-dan belajar bersama-sama sambil jalan.

Disadur dari buku SQ untuk Ibu, Penulis: Mimi Doe, Penerbit KAIFA