BUKU KOMPUTER AKUNTASNSI ACCURATE ONLINE
SETUP AWAL DATA BASE- INPUT TRANSAKSI-PENYAJIAN LAPOAN KEUANGAN
Tampilkan postingan dengan label Aqidah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aqidah. Tampilkan semua postingan
Jumat, 15 Maret 2019
Jumat, 06 Desember 2013
Na’am! Kita Ahlus Sunnah wal Jamaah
Oleh: Farid Nu'man Hasan
Dahulu Islam memang satu
Sebagian kalangan mencoba mengaburkan fakta keberagaman dengan alasan wihdatul ummah (persatuan umat). Mereka mencoba “mendamaikan” antara Ahlus Sunnah dan Syiah di bawah slogan; Tuhan yang satu, Nabi yang satu, Kitab yang satu, Kiblat yang satu, buat apa kita berpecah ….., begitu rahmat slogan ini tetapi di baliknya mengandung azab. Apakah mungkin bersatu kepada kaum yang jika disebut nama Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawiyah, dan Abu Hurairah, mereka menyebutnya dengan la’natullah ‘alaihim, thaghut, munafiq …. Sedangkan kita mendoakannya dengan Radhiallahu ‘Anhum (semoga Allah meridhai mereka) …?
Jika Anda ditanya, apa agamamu? Lalu Anda jawab: “Saya Islam, maka saya muslim.” Sesuai ayat:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk kaum muslimin?” (QS. Al Fushilat: 33)
Jika Anda menjawab “saya muslim” karena berhujah dengan ayat ini maka Anda benar ketika Anda hidup pada masa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebab saat itu Islam masih satu wajah, belum ada yang menyimpangkan dan menyelewengkan. Ada pun pada masa selanjutnya, puluhan bahkan ratusan firqah menyebar di berbagai negeri muslim, dan semuanya menyandarkan dirinya pada Islam; ada syiah, khawarij, murjiah, mu’tazilah, qadariyah, jabbariyah, musyabbihah, mujassimah, qaramithah, hasyawiyah, jahmiyah, atau sekte-sekte modern seperti Ahmadiyah, Islam Jamaah, Isa Bugis, NII KW 9, dan sebagainya. Maka, tidak cukup pada masa fitnah seperti ini Anda menjawab “saya muslim” tetapi jawablah “saya muslim sunni (pengikut ahlus Sunnah).”
Dalam Shahih Muslim, disebutkan bahwa Imam Muhammad bin Sirin Radhiallahu ‘Anhu menyebut nama Ahlus Sunnah untuk membedakan diri terhadap Ahli bid’ah pada zaman fitnah.
حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنْ الْإِسْنَادِ فَلَمَّا وَقَعَتْ الْفِتْنَةُ قَالُوا سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ
Berkata kepada kami Ja’far Muhammad bin Shabbah, berkata kepada kami Ismail bin Zakariya, dari ‘Ashim, dari Ibin Sirin, katanya: Dahulu mereka tidak pernah menanyakan tentang isnad. Ketika terjadi fitnah mereka mengatakan: “Sebutlah nama periwayat kalian kepada kami, maka jika dilihat dari Ahli Sunnah maka diambil hadits mereka, dan jika dilihat dari Ahli Bid’ah maka jangan ambil hadits darinya.” (Shahih Muslim, Bab Bayan Annal Isnaad minad Diin)
Kenapa Memilih Mazhab Ahlus Sunnah?
Dari Irbadh bin Sariyah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Barang siapa di antara kalian hidup setelah aku, maka akan melihat banyak perselisihan, maka hendaknya kalian berada di atas sunnahku, dan sunah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk, maka berpegang teguhlah padanya dan gigitlah dengan geraham kalian.” (HR. Abu Daud No. 4607, At Tirmidzi No. 2676, katanya: hasan shahih. Ibnu Majah No. 42, Ahmad No. 17142, 17144, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 20215, Al Hakim, Al Mustadrak No. 329, katanya: hadits ini shahih tak ada cacat. Syaikh Al Albani mengatakan: sanadnya shahih. As Silsilah Ash Shahihah No. 2735)
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ
“Hendaknya kalian bersama jamaah, dan hati-hatilah terhadap perpecahan.” (HR. At Tirmidzi No.2165, Katanya: hasan shahih gharib. An Nasa’i, As Sunan Al Kubra, 5/389. Syaikh Al Albani menshahihkan, lihat Irwa’ul Ghalil, 6/215)
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فمن أراد منكم بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد
“Barang siapa di antara kalian menghendaki tamannya surga, maka berpeganglah pada jamaah, sebab syaitan itu bersama orang yang sendirian, ada pun bersama dua orang, dia menjauh.” (HR. At Tirmidzi No. 2165, katanya: hasan shahih gharib. Ahmad No. 177, Ibnu Hibban No. 4576. Al Hakim, Al Mustadrak ‘alash Shahihain No. 387, katanya: shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 430)
Allah Ta’ala berfirman:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram…” (QS. Ali Imran (3): 106)
Berkata Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma:
تبيض وجوه أهل السنة والجماعة وتسود وجوه أهل البدعة.
“Putih berseri wajah Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan hitam muram wajah ahli bid’ah.” (Imam Al Qurthubi, Al Jami’ li Ahkamil Quran, 4/167. Tafsir Ibnu Abi Hatim, 3/124. Imam Al Baghawi, Ma’alimut Tanzil, 2/87. Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 2/10. Imam Ibnul Jauzi, Zaadul Masir, 1/393. Imam As Suyuthi, Ad Durul Mantsur, 2/407)
Nasihat Generasi Awal Islam
Berkata Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu:
عليكم بالسبيل والسنة فإنه ليس من عبد على سبيل وسنة ذكر الرحمن ففاضت عيناه من خشية الله فتمسه النار وإن اقتصادا في سبيل وسنة خير من اجتهاد في إخلاف
“Hendaknya kalian bersama jalan kebenaran dan As Sunnah, sesungguhnya tidak akan disentuh neraka, orang yang di atas kebenaran dan As Sunnah dalam rangka mengingat Allah lalu menetes air matanya karena takut kepada Allah Ta’ala. Sederhana mengikuti kebenaran dan As Sunnah adalah lebih baik, dibanding bersungguh-sungguh dalam perselisihan.”
Dari Abul ‘Aliyah, dia berkata:
Dari Abul ‘Aliyah, dia berkata:
عليكم بالأمر الأول الذي كانوا عليه قبل أن يفترقوا قال عاصم فحدثت به الحسن فقال قد نصحك والله وصدقك
“Hendaknya kalian mengikuti urusan orang-orang awal, yang dahulu ketika mereka belum terpecah belah.” ‘Ashim berkata: “Aku menceritakan ini kepada Al Hasan, maka dia berkata: ‘Dia telah menasihatimu dan membenarkanmu.’ “
Dari Al Auza’i, dia berkata:
اصبر نفسك على السنة وقف حيث وقف القوم وقل بما قالوا وكف عما كفوا عنه واسلك سبيل سلفك الصالح فانه يسعك ما وسعهم
“Sabarkanlah dirimu di atas As Sunnah, berhentilah ketika mereka berhenti, dan katakanlah apa yang mereka katakan, tahanlah apa-apa yang mereka tahan, dan tempuhlah jalan pendahulumu yang shalih, karena itu akan membuat jalanmu lapang seperti lapangnya jalan mereka.”
Dari Yusuf bin Asbath, dia berkata:
قال سفيان يا يوسف إذا بلغك عن رجل بالمشرق أنه صاحب سنة فابعث إليه بالسلام وإذا بلغك عن آخر بالمغرب أنه صاحب سنة فابعث إليه بالسلام فقد قل أهل السنة والجماعة
“Berkata Sufyan: Wahai Yusuf, jika sampai kepadamu seseorang dari Timur bahwa dia seorang pengikut As Sunnah, maka kirimkan salamku untuknya. Jika datang kepadamu dari Barat bahwa dia seorang pengikut As Sunnah, maka kirimkan salamku untuknya, sungguh, Ahlus Sunnah wal Jamaah itu sedikit.”
Dari Ayyub, dia berkata:
إني لأخبر بموت الرجل من أهل السنة فكأني أفقد بعض أعضائ
“Sesungguhnya jika dikabarkan kepadaku tentang kematian seorang dari Ahlus Sunnah, maka seakan-akan telah copot anggota badanku.”
Dan masih banyak lagi nasihat yang serupa. (Lihat semua ucapan salaf ini dalam Talbisu Iblis, hal. 10-11, karya Imam Abul Faraj bin Al Jauzi)
Sementara Al Ustadz Hasan Al Banna Rahimahullah menegaskan tentang fikrah dakwahnya:
دعوة سلفية : لأنهم يدعون إلى العودة بالإسلام إلى معينه الصافي من كتاب الله وسنة رسوله. وطريقة سنية : لأنهم يحملون أنفسهم علي العمل بالسنة المطهرة في كل شيء ، وبخاصة في العقائد والعبادات ما وجدوا إلى ذلك سبيلا
“Da’wah Salafiyah: karena mereka menyeru kembali kepada Islam dengan maknanya yang murni dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
Thariqah sunniyah: karena mereka membawa jiwa untuk beramal dengan sunnah yang suci dalam segala hal, khususnya dalam hal aqidah dan ibadah, sejauh yang mereka mampu.” (Al Imam Hasan Al Banna, Majmu’ah Ar Rasail, Hal. 183. Al Maktabah At Taufiqiyah).
Definisi Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Berkata Syaikh Muhammad Khalil Hiras:
وَالْمُرَادُ بِالسُّنَّةِ : الطَّرِيقَةُ الَّتِي كَانَ عَلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصَحْابُهُ قَبْلَ ظُهُورِ الْبِدَعِ وَالْمَقَالَاتِ .
وَالْجَمَاعَةُ فِي الْأَصْلِ : الْقَوْمُ الْمُجْتَمِعُونَ ، وَالْمُرَادُ بِهِمْ هُنَا سَلَفُ هَذِهِ الْأُمَّةِ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ ، الَّذِينَ اجْتَمَعُوا عَلَى الْحَقِّ الصَّرِيحِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَسُنَّةِ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .
“Maksud dari As Sunnah adalah jalan yang Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya ada di atasnya, sebelum nampaknya bid’ah dan perkataan-perkataan menyimpang.
Sedangkan Al Jamaah pada asalnya, bermakna: Kaum yang berkumpul, tetapi yang dimaksud di sini adalah pendahulu umat ini dari kalangan sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang berkumpul di atas kebenaran yang jelas dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (Syaikh Muhammad Khalil Hiras, Syarh Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah, Hal. 26)
Berkata Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu tentang makna Al Jamaah:
الجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الَحَقّ ، وَإِن كُنْتَ وَحْدَكَ
“Al Jamaah adalah apa-apa yang bersesuaian dengan kebenaran, walau pun kau seorang diri.” (Syaikh Abdullah bin Abdil Hamid Al Atsari, Al Wajiz fi ‘Aqidah As Salaf Ash Shalih, Hal.25)
Sementara dalam kitab lain, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu pula:
إنما الجماعة ما وافق طاعة الله وإن كنت وحدك
“Sesungguhnya Al Jamaah adalah apa-apa yang bersesuaian dengan ketaatan kepada Allah, walau kau seorang diri.” (Imam Al Lalika’i, Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jamaah, 1/63)
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri menjelaskan makna Al Jamaah:
ما أنا عليه وأصحابي
“Apa-apa yang Aku dan sahabatku berada di atasnya.” (HR. At Tirmidzi No. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 2641)
Syaikh Abdullah bin Abdil Hamid Al Atsari, memberikan kesimpulan tentang makna Ahlus Sunnah wal Jamaah, sebagai berikut:
فَأهلُ السُّنَّةِ والجماعة :
هم المتمسكون بسُنٌة النَّبِيِّ- صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم- وأَصحابه ومَن تبعهم وسلكَ سبيلهم في الاعتقاد والقول والعمل ، والذين استقاموا على الاتباع وجانبوا الابتداع ، وهم باقون ظاهرون منصورون إِلى يوم القيامة فاتَباعُهم هُدى ، وخِلافهم ضَلال .
“Maka, Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah mereka yang berpegang teguh dengan sunnah (jalan) Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dan menempuh jalan mereka dalam perkara aqidah, ucapan, dan perbuatan, dan orang-orang yang istiqamah dalam ittiba’ (mengikuti sunnah) dan menjauhkan bid’ah, merekalah orang-orang yang menang dan mendapat pertolongan pada hari kiamat. Maka mengikuti mereka adalah petunjuk, dan berselisih dengan mereka adalah sesat.” (Al Wajiz …, Hal. 25)
Jadi, ada dua kata kunci dalam memahami istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah:
- Apa yang mereka jalankan? Yakni thariqah (metode/jalan) yang pernah dilakoni oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, sahabat, dan tabi’in.
- Siapa sajakah mereka? Yakni Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabat, dan tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, bersama kebenaran yang mereka bawa.
Sehingga, siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, manusia yang mengikuti jalan yang pernah ditempuh mereka, maka itulah Ahlus Sunnah wal Jamaah, walaupun dia seorang diri.
Wallahu A’lam.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/11/05/41715/naam-kita-ahlus-sunnah-wal-jamaah/#ixzz2meggoDfs
Senin, 09 September 2013
Menjadi Muslim seperti Kupu-kupu yang Bebas
REPUBLIKA.CO.ID, BRATISLAVA -- Andy lahir di tengah pakem perbedaan itu masalah. Ayah dan ibunya seorang penganut Kristen. Secara otomatis, ia pun memeluk agama yang dianut orang tuanya.
Namun, pengetahuan agama justru didapatnya melalui bibinya. Ia sering diajak ke gereja.
Namun, pengetahuan agama justru didapatnya melalui bibinya. Ia sering diajak ke gereja.
"Ya, saat itu aku masih kecil, jadi tak banyak yang ku pikirkan. Namun, aku coba menyenangkan hatinya dengan mengikuti apa yang dilakukannya," kenang Andy, seperti dikutip Onislam.net, Ahad (8/9).
Secara umum, tak ada yang berkesan bagi Andy ketika ia ke gereja. Yang ia ingat, hanyalah ketika ia bermain sandiwara dan memerankan seorang putri. Selebihnya, tak ada yang istimewa.
Secara umum, tak ada yang berkesan bagi Andy ketika ia ke gereja. Yang ia ingat, hanyalah ketika ia bermain sandiwara dan memerankan seorang putri. Selebihnya, tak ada yang istimewa.
"Justru aku itu heran, selesai beribadah justru banyak hal buruk yang dilakukan," kata dia.
Memasuki usia dewasa, Andy mulai bermasalah dengan keluarganya. Hubungan dengan sang ayah tak lagi harmonis. Mereka sering terlibat pertengkaran hebat. Ini yang membuat Andy merasa frustrasi. Pada masa inilah, Andy mulai mengenal obat-obatan terlarang, rokok dan mengkonsumsi alkohol secara berlebihan.
Suatu malam, sang adik mengajaknya makan di sebuah restoran. Saat itu, Andy bertemu teman sang adik yang kebetulan beragama Islam. Andy dibujuk agar tinggal di Bratislava. Namun, Andy menolaknya.
Pada Januari 2005, Andy pun luluh. Ia memutuskan tinggal bersama adiknya itu. Lalu, ia bertemu dengan teman adiknya yang beragama Islam itu. Pada satu pertemuan, keduanya terlibat diskusi menarik tentang Islam dan Muslim. Kesan awal, Andy merasa aneh dengan apa yang disampaikan teman adiknya itu.
Perlahan tapi pasti, Andy mulai menikmati debat itu. Banyak informasi baru yang didapatnya. Ia bahkan dipinjamkan buku-buku tentang Islam dan Muslim. Lalu, ia pun diberikan Alquran terjemahan bahasa Slovakia.
Memasuki usia dewasa, Andy mulai bermasalah dengan keluarganya. Hubungan dengan sang ayah tak lagi harmonis. Mereka sering terlibat pertengkaran hebat. Ini yang membuat Andy merasa frustrasi. Pada masa inilah, Andy mulai mengenal obat-obatan terlarang, rokok dan mengkonsumsi alkohol secara berlebihan.
Suatu malam, sang adik mengajaknya makan di sebuah restoran. Saat itu, Andy bertemu teman sang adik yang kebetulan beragama Islam. Andy dibujuk agar tinggal di Bratislava. Namun, Andy menolaknya.
Pada Januari 2005, Andy pun luluh. Ia memutuskan tinggal bersama adiknya itu. Lalu, ia bertemu dengan teman adiknya yang beragama Islam itu. Pada satu pertemuan, keduanya terlibat diskusi menarik tentang Islam dan Muslim. Kesan awal, Andy merasa aneh dengan apa yang disampaikan teman adiknya itu.
Perlahan tapi pasti, Andy mulai menikmati debat itu. Banyak informasi baru yang didapatnya. Ia bahkan dipinjamkan buku-buku tentang Islam dan Muslim. Lalu, ia pun diberikan Alquran terjemahan bahasa Slovakia.
"Jujur, ketika membaca Alquran, aku mulai merasakan gejolak. Aku menangis ketika membaca surat Al-Muzammil," kenang dia.
Andy menyadari banyak hal yang telah disia-siakan. Ia telah melakukan banyak hal yang merugikan dirinya sendiri. Lalu, muncul niatan untuk memperbaiki diri. Ketika niatan itu terlaksana, ia bertemu dengan seorang Muslimah. Kembali terjadi obrolan mendalam tentang Islam.
"Aku mulai yakin, aku pun bersyahadat," kenangnya.
Selepas bersyahadat, Andy merasa seperti kupu-kupu yang bebas. Ia rasakan ketenangan, hal yang jarang ditemukannya. "Ini kesempatanku untuk hidup lebih baik," kenangnya.
Namun, keputusannya menjadi Muslim tak diterima orang tuanya. Alquran miliknya diambil. Begitupula dengan ponsel. Andy pun merasa kesepian. "Aku berdoa, cobaan ini semakin membuatku kuat. Insya Allah, aku ingin menjadi wanita yang shalih, teman dan istri yang baik," pungkasnya.
Andy menyadari banyak hal yang telah disia-siakan. Ia telah melakukan banyak hal yang merugikan dirinya sendiri. Lalu, muncul niatan untuk memperbaiki diri. Ketika niatan itu terlaksana, ia bertemu dengan seorang Muslimah. Kembali terjadi obrolan mendalam tentang Islam.
"Aku mulai yakin, aku pun bersyahadat," kenangnya.
Selepas bersyahadat, Andy merasa seperti kupu-kupu yang bebas. Ia rasakan ketenangan, hal yang jarang ditemukannya. "Ini kesempatanku untuk hidup lebih baik," kenangnya.
Namun, keputusannya menjadi Muslim tak diterima orang tuanya. Alquran miliknya diambil. Begitupula dengan ponsel. Andy pun merasa kesepian. "Aku berdoa, cobaan ini semakin membuatku kuat. Insya Allah, aku ingin menjadi wanita yang shalih, teman dan istri yang baik," pungkasnya.
Selasa, 15 Januari 2013
Amin Rais: Islam Liberal= Musibah yang Perlu Diratapi
Tokoh senior Muhammadiyah, Prof. Dr. M. Amien Rais membuat pernyataan yang mengagetkan bagi banyak kaum liberal di Indonesia dalam wawancara dengan Majalah Tabligh terbitan Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah, edisi Maret 2010.
Sepertinya aliran pluralisme itu sudah masuk ke kalangan muda Muhammadiyah, pendapat Anda?
Prof. Dr. M. Amien Rais:
Kalau sampai aliran pluralisme masuk ke kalangan muda Muhammadiyah, ini musibah yang perlu diratapi. Oleh karena itu, saya menganjurkan sebelum mereka membaca buku-buku profesor dari Amerika dan Eropa, bacalah Al-Quran terlebih dahulu.
Saya sendiri yang sudah tua begini, 66 tahun, sebelum saya membaca buku-buku Barat, baca Al-Quran dulu. Karena orang yang sudah baca Al-Quran, dia akan sampai pada kesimpulan bahwa berbagai ideologi yang ditawarkan oleh manusia seperti mainan anak-anak yang tidak berbobot.
Jika meminjam istilah Sayyid Quthb, seorang yang duduk di bawah perlindungan Al-Quran ibarat sedang duduk di bukit yang tinggi, kemudian melihat anak-anak sedang bermain-main dengan mainannya. Orang yang sudah paham Al-Quran akan bisa merasakan bahwa ideologi yang sifatnya man-made, buatan manusia, itu hanya lucu-lucuan saja. Hanya menghibur diri sesaat, untuk memenuhi kehausan intelektual ala kadarnya. Setelah itu bingung lagi.
Diambil dari Suara KeadilanPak
Jumat, 11 Januari 2013
PUNYA ANAK BERKAT ISTIGHFAR
ni
kisah kontemporer dari negeri Kuwait. Terjadi pada suami istri
ber-kun-yah Abu Yusuf dan Ummu Yusuf. Disampaikan langsung oleh sang
suami kepada Syaikh Khalid As-Sulthan, seorang syeikh asal Kuwait juga,
seusai beliau menyampaikan ceramah tentang fadhilah istighfar, di Mekkah
pada suatu musim haji.
Abu Yusuf memulai ceritanya dengan
mengatakan: Saya telah menikah, namun cukup lama tidak dikaruniai anak.
Saya dan istripun melakukan berbagai upaya dengan mendatangi setiap
dokter spesialis yang kami dengar mungkin bisa membantu dalam masalah
kami ini. Termasuk kami telah pergi keluar negeri untuk tujuan yang
sama. Namun semua usaha itu belum juga menunjukkan hasil yang kami
harapkan. Kami tidak berputus asa, dan tetap menyimpan harapan besar
kepada Allah. Karena kami yakin Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tapi kami belum menemukan jalan, cara, sarana dan titik terang yang bisa
meyakinkan kami demi terpenuhinya harapan indah bagi setiap pasangan
suami istri tersebut.
Sampai suatu hari saya menyimak siaran radio
Idza’atul Qur’an Al-Karim (dari Arab Saudi), dimana seorang syaikh
sedang membaca firman Allah dalam surah Nuh ayat 10 – 12, dan diantara
yang disampaikan oleh beliau saat menjelaskan tentang tafsir ayat
tersebut adalah bahwa, istighfar merupakan jalan dan cara terbaik untuk
memperoleh keturunan. Kalimat itupun langsung melekat di hati saya. Dan
saat sampai di rumah, saya langsung menyampaikan apa yang saya dengar
itu kepada istri saya. Lalu kamipun bersepakat untuk menggunakan terapi
istimewa ini, terapi istighfar.
Selanjutnya kami pun mulai
melantunkan dzikir dan doa istighfar siang dan malam, dengan pelan dan
keras, tanpa henti. Dan subhanallah keajaiban kemaha kuasaan Allah serta
merta terjadi. Istri tercinta langsung hamil pada bulan pertama kami
memulai istighfar khusus tersebut. Tidak bisa digambarkan betapa bahagia
dan syukur kami. Setelahnya peristiwa berjalan normal sampai Ummu Yusuf
dengan lancar melahirkan putra pertama yang kami beri nama: Yusuf.
Kisah masih berlanjut. Begitu istri lepas dari masa nifasnya, saya
berkata kepadanya: Ya Umma Yusuf, mari beristighfar lagi untuk anak
kedua. Dan kamipun mengulang istighfar khusus kami seperti kali pertama.
Dan keajaiban terulang kembali. Ummu Yusuf langsung hamil lagi, juga
pada bulan pertama dari istighfar khusus kedua kami. Allahu Akbar
walillahil hamd. Dan putra keduapun lahir dengan lancar, selamat dan
sehat! Kami bersyukur dan memuji-Mu ya Allah!
Namun cerita kekuasaan
Allah yang kami alami dan rasakan tetap belum berakhir. Seusai nifas
yang kedua ini, saya berkata lagi kepada Ummu Yusuf: Sayang! Mari mulai
beristighfar lagi untuk anak ketiga kita. Dan berikutnya, sesuai
kesepakatan, kami lalu mengulang bacaan istighfar khusus kami untuk yang
ketiga kalinya. Dan lagi-lagi subhanallah, walhamdu lillah, wala ilaha
illah, wallahu akbar. Istri langsung hamil anak ketiga, juga di bulan
pertama dari istighfar khusus kami untuk kali yang ketiga. Sesudahnya
semua berjalan normal seperti biasa. Dan anak ketigapun lahir dengan
sehat seperti kedua kakaknya. Maka hampir lengkaplah kebahagiaan kami
dengan tiga anak laki-laki yang lahir berurutan dalam rentang waktu
kurang dari tiga tahun.
Nah, begitu selesai masa nifasnya yang
ketiga, kali ini gantian istri saya yang buru-buru berkata kepada saya:
Cukup dulu ya Aba Yusuf !, Tolong tahan dan hentikan dulu istighfar-nya
yang dengan niat khusus untuk tambahan anak. Tunggu dulu sampai
anak-anak gedean dikit !. Maka kamipun berhenti sementara dari istighfar
khusus kami untuk memperoleh keturunan.
Abu Yusuf masih meneruskan
penuturannya kepada Syaikh Khalid As-Sulthan: Dan ketika anak-anak
beranjak agak besar, saya berkata kepada Ummu Yusuf istri saya:
Alhamdulillah kita sudah dianugerahi tiga orang anak laki-laki. Dan
rasanya tidak salah dan tidak berlebihan jika kita masih berharap kepada
Allah agar mengaruniakan kepada kita seorang putri yang cantik! Maka
mari memulai istighfar kita lagi dengan niat khusus dan pamrih spesial
kepada Allah kali yang keempat ini untuk mendapatkan seorang anak
perempuan!
Sesaat Abu Yusuf diam…sehingga Syaikh Khalidpun
berkomentar singkat: Semoga Allah segera memberimu anak perempuan,
sebagaimana telah mengaruniakan kepadamu tiga anak laki-laki, wahai
Saudara-ku!
Tak berselang lama Abu Yusuf lalu menimpali: Perlu saya
berbagi kabar gembira ya Syaikh…! Sekarang saya disini menunaikan ibadah
haji, ketahuilah saat ini juga istri saya sedang nifas yang keempat
bersama putrinya yang baru dilahirkannya…! TAMMAT.
SUBHANALLAH! WALLAHU AKBAR!
Lalu, adakah seorang mukmin atau mukminah, setelah ini, yang masih juga
ragu, secara praktis bukan teoritis, terhadap keluasan rahmat Allah dan
kemaha kuasaan-Nya?
Catatan:Yang khusus dan spesial bukan
lafal dan redaksi istighfarnya. Melainkan kekhususan niat, kespesialan
tujuan, dan kespesifikan pamrih, ditopang kemantapan keyakinan, kekuatan
husnudzan kepada Allah, dan totalitas pengharapan kepada keluasan
rahmat serta karunia-Nya! Sehingga dengan semua sikap dasar tersebut,
meskipun lafal istighfar dengan bahasa Indonesia misalnya, atau Jawa,
atau Madura, atau Sunda, dan lain-lain, maka insya-allah hasilnya akan
tetap ajaib! Kecuali jika masih ada pada diri seseorang, faktor
penghalang tertentu yang menangkalnya! Atau juga ada rahasia hikmah lain
sesuai kehendak Allah, yang belum kita tahu!
(Di sadur dari status FB Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri MA)
Kamis, 10 Januari 2013
SYIRIK KECIL
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Ketika hari kiamat datang, para malaikat berseru, ‘Di manakah orang-orang yang riya’, dan di manakah orang-orang yang ikhlas? Berdirilah, dan bawalah amal-amal kalian, kemudian mintalah balasan dari Tuhan kalian atas amal-amal kalian.’"
Rasulullah saw. juga bersabda; "Orang yang riya’ tidak mendapat apa-apa dari amal-amal mereka selain kepayahan, kesusahan, dan penyesalan."
Kemudian Nabi saw. kembali bersabda; "Wahai anak cucu Adam, ikhlaslah, ikhlaslah!"
Rasulullah saw. pun bersabda, "sesungguhnya sesuatu yang paling kukhawatirkan atas umatku adalah syirik kecil." Para Sahabat bertanya, "apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?"
"Riya’", Jawab Rasulullah saw..
Pada hari kiamat nanti, di saat orang-orang yang diberi balasan atas amal-amal perbuatan mereka, Allah berfirman pada orang-orang yang riya "Pergilah kalian pada orang yang kalian riya’i. Adakah kalian akan mendapatkan kebaikan darinya!?"
***
Riya’adalah memperlihatkan (memamerkan) suatu amal kebaikan pada orang lain. Salah satu ciri orang riya’ adalah, jika perbuatan baiknya dilihat dan dipuji orang lain, ia akan senang, tambah giat beramal, dan tambah semangat.
Dikutip dari 115 Kisah Teladan Penuh Hikmah [ ALLAH TIDAK PERNAH TIDUR ]
Pnerbit : Karta Media
Wendy Setyawan, S.IP
Rasulullah saw. juga bersabda; "Orang yang riya’ tidak mendapat apa-apa dari amal-amal mereka selain kepayahan, kesusahan, dan penyesalan."
Kemudian Nabi saw. kembali bersabda; "Wahai anak cucu Adam, ikhlaslah, ikhlaslah!"
Rasulullah saw. pun bersabda, "sesungguhnya sesuatu yang paling kukhawatirkan atas umatku adalah syirik kecil." Para Sahabat bertanya, "apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?"
"Riya’", Jawab Rasulullah saw..
Pada hari kiamat nanti, di saat orang-orang yang diberi balasan atas amal-amal perbuatan mereka, Allah berfirman pada orang-orang yang riya "Pergilah kalian pada orang yang kalian riya’i. Adakah kalian akan mendapatkan kebaikan darinya!?"
***
Riya’adalah memperlihatkan (memamerkan) suatu amal kebaikan pada orang lain. Salah satu ciri orang riya’ adalah, jika perbuatan baiknya dilihat dan dipuji orang lain, ia akan senang, tambah giat beramal, dan tambah semangat.
Dikutip dari 115 Kisah Teladan Penuh Hikmah [ ALLAH TIDAK PERNAH TIDUR ]
Pnerbit : Karta Media
Wendy Setyawan, S.IP
Rabu, 09 Januari 2013
Makna dan Hakikat 'Syahadat Rasul' Kultwit ust @abdullahhaidir1
Syahadatain adalah hal yang paling mendasar dalam aqidah kita. Bangunan islam berdiri di atas fondasi kalimat syahadat.
Makna Syahadatain...Asyhadu Anlaa ilaaha illah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah
Makna Syahadatain...Asyhadu Anlaa ilaaha illah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah
- Asyhadu anna muhammadaarrasulullah.. aku bersaksi bhw Muhammad adalah Rasulullah.
- Karena memang syahadat laa ilaaha illallah tdk akan terwujud secara nyata dan tak kan diterima tanpa syahadat thd Rasulullah.
- Boleh dikatakan bhw syahadatain merupakan dua hal yg tak dapat dpisahkan.
- Karena jika dikatakan bahwa Laa ilaaha illallah menuntut adanya ibadah, maka pertanyaan mendasarnya adalah 'bagaimana kita beribadah'?